-->

Objek Wisata Curug Omas Bandung

Meski memiliki nama yang sama, curug atau air terjun ini tidak ada hubungannya dengan salah satu selebriti kocak tanah air yaitu Omas. Curug ini berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda di lokasi wisata Maribaya. Air terjun yang memiliki ketinggian terjunan air sekitar 30 meter dengan kedalaman 10 meter berada di aliran sungai Cikawari.
Tepat di atas air terjun terdapat jembatan yang mana dapat digunakan Anda untuk melintas dan melihat air terjun dari posisi atas. Dari jembatan ini akan terlihat bentangan dasar sungai yang merupakan pertemuan dua aliran sungai Cikawari dan Cigulun yang nantinya menjadi daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Hulu.
Aliran ini mengalir dan berbelok membelah kawasan Tahura tersebut. Selain Curug Omas di aliran sungai ini terdapat pula Curug Cigulung, Curug Cikoleang dan Curug Cikawari yang masing-masing berketinggian sekitar 15 m, 16 m dan 14 m. Ketiga curug ini dikenal dengan sebutan Curug Maribaya.
Penting diingat di Curug Omas Anda tidak dapat mandi atau bermain-main di bawah air terjun ini karena Curug Omas cukup tinggi dan airnya terlihat dalam, dengan demikian Anda hanya dapat menikmati kesegaran cipratan airnya saja dari jembatan yang ada di Curug Omas tersebut. Namun, hal tersebut tentunya tidak akan menjadi masalah lantaran pemandangan serta kesegaran udara yang ada sudah cukup membuat Anda betah dan ingin berlama-lama di tempat ini.
Tak seperti suara kebisingan deru kendaraan di kota besar, gemuruh air yang jatuh tak akan mengganggu pendengaran Anda. Belum lagi dengan percikan air yang berubah jadi semacam embun dapat Anda rasakan dari kejauhan air terjun ini. Relaksasi, rekreasi, dan bahkan meditasi di lokasi ini memang sangat cocok Anda lakukan untuk sekadar mengurangi stress dan penat dari rutinitas sehari-hari.
Sehingga sekembalinya Anda dari air terjun atau curug ini untuk melakukan rutinitas, bisa dilalui dengan lebih segar dan mendapatkan ide-ide baru serta semakin bersemangat menjalaninya.

Tradisi Berburu Paus Ala Suku Lamalera

Tradisi ini umumnya dilakukan selama periode Mei-Oktober sebab pada bulan tersebut gelombang air laut cukup tenang, sehingga memudahkan para pemburu untuk menaklukan ikan paus.
Tradisi ini telah berlangsung sejak abad ke-16 dengan tantangan yang cukup berat, terutama hal regenerasi. Masalahnya, tidak semua masyarakat Lamalera, khususnya generasi muda tertarik menjadi nelayan, apalagi berpartisipasi dalam tradisi ini. Hal ini disebabkan kemajuan teknologi dan tuntutan hidup, sehingga mereka beralih dari nelayan menjadi profesi lain yang lebih menjanjikan. Di luar apapun kendalanya, perburuan paus ini cukup menarik karena tidak menggunakan alat-alat canggih seperti radar dan senapan, tetapi menggunakan alat-alat tradisional yang diturunkan nenek moyang mereka. Bermodalkan perahu kayu yang memuat tujuh orang awak disebut peledang dan bambu runcing berujung besi disebut tempuling, mereka siap memburu mamalia laut paling besar tersebut.  Sedangkan orang yang bertugas untuk menikam paus dengan tempuling disebut lamafa.
Ada tiga jabatan penting dalam satu peledang, yaitu lamuri (juru kemudi), matros (kru perahu) dan lamafa (penikam paus) sekaligus jabatan terpenting di dalam perburuan ini. Menariknya lamafa berdiri di ujung kapal dan menombak paus jenis sperm whales yang sudah dewasa tetapi tidak membunuh paus anakan atau yang sedang hamil. Jauh dari bayangan, para pemburu sungguh lihai mengidentifikasi jenis paus dalam sekejap serta kondisinya. Keahlian ini yang diturunkan oleh leluhur mereka untuk melestarikan tradisi perburuan paus di Lamalera. Lalu, daging hasil buruan akan dibagikan ke seluruh desa, diolah dengan dikeringkan atau diasap dan ada pula yang disimpan untuk persediaan selama setahun. Perburuan ini bukan sekedar menaklukkan makhluk yang lemah, tetapi menunjukkan peradaban leluhur yang sarat nilai. Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat menjadikan tradisi berburu paus sebagai salah satu objek wisata.
Cara Berburu Paus di Lamalera
Sebelum perburuan dimulai, biasanya masyarakat Lembata khususnya Suku Wujon yang tinggal di atas gunung akan turun ke pantai dan berdoa memanggil paus sekaligus meminta berkah dari arwah leluhur untuk para nelayan yang akan pergi berburu. Lalu, pada 1 Mei akan disediakan 20 kapal untuk berburu yang menandakan jumlah suku yang ada di Lamalera, tapi hanya satu yang diperbolehkan untuk berlayar pada hari pertama sebagai pembuka jalan, yaitu perahu Paraso Sapang sebagai suku tertua di Lamalera. Apabila perahu tersebut berhasil menemukan ikan paus, maka 19 perahu lainnya akan menyusul untuk membantu Paraso Sapang. Tetapi, jika perahu tersebut tidak berhasil, maka perburuan dilanjutkan hari selanjutnya secara bersama-sama.
Saat menemukan paus, lamafa dengan berani mendekati hewan tersebut dan perahunya berhadapan sangat dekat dengan kepala paus. Dalam posisi sangat berbahaya itu, ia langsung menikamkan tempulingnya, bambu panjang berujung besi panjang tajam berkait ke ketiak paus yang merupakan titik lemahnya. Untuk melumpuhkan paus sepanjang 10 meter dan tinggi satu meter tidaklah mudah, butuh sekitar 1,5 jam bertarung. Selanjutnya, hewan ini diikatkan pada salah satu sisi perahu dan ditarik ke darat. Kadang-kadang para pemburu tersebut menjadi korban akibat hempasan ekor ikan raksasa yang kaget saat ditombaki. Bahkan, perahu bisa langsung pecah dengan hanya satu kali tebasan ekor paus, sehingga tak jarang ada korban yang jatuh.

Tips Wisata Hemat Tetap Menyenangkan

 Mengunjungi daerah tertentu saat berwisata menjadikan seseorang untuk berlaku boros saat membeli souvenir. Namun memang tidak dapat disalahkan maupun dibenarkan, belanja souvenir saat pergi ke suatu tempat ketika berwisata. Lagipula uang yang dibelanjakn juga merupakan uang mereka sendiri dan tentu hak mereka untuk membelanjakan setiap lembar rupiah di tangan. Alangkah lebih baik dapat tetap hemat selama pergi wisata. Jangan pernah takut dengan menyesal tidak membeli banyak oleh-oleh saat berwisata ke sebuah tempat yang indah. Wisatawan tetap harus membeli souvenir sebagai kenang-kenangan. Dalam batas tetap hemat agar tidak menyesal kemudian hari.

Mencari Tahu Souvenir Khas Tempat Wisata

Sebelum membelanjakan uang untuk membeli souvenir saat berwisata, lebih baik browsing mengenai apa saja yang khas untuk dijadikan souvenir di tempat wisata tertentu. Wisatawan harus dapat membuat daftar check list untuk berbelanja souvenir. Kira-kira jenis souvenir mana yang memang pantas untuk dibeli dan juga dibagikan kepada beberapa orang sebagai buah tangan. Lihat dengan baik dan jangan kemudian menjadi laper mata saat membeli souvenir.

Melihat Daftar Harga Souvenir

Pastikan pula wisatawan sudah melakukan cek harga untuk membeli souvenir di tempat wisata. Sehingga ketika tertarik untuk membeli souvenir tersebut dapat menawar sesuai harga yang telah dibrowsing. Bahkan lebih baik lagi jika dapat memperoleh harga di bawahnya. Jangan pernah merasa malu untuk melakukan penawaran saat berbelanja di tempat souvenir selama pedagang memperbolehkan wisatawan untuk melakukan penawaran harga. Demi tips wisata hemat, maka perlu sekali untuk dilakukan.

Melihat Jenis Souvenir

Ada harga maka akan ada pula jenis souvenir yang dibeli. Pastikan jenis souvenir yang dibeli memang bermutu. Jangan sampai tergiur untuk memperoleh harga yang murah dengan kaulitas mutu yang rendah. Cek dengan teliti setiap bagian souvenir yang ingin dibeli. Sehingga tidak akan menyesal ketika souvenir sudah berada di tangan.

Mengepak Souvenir Dengan Pemilahan

Selain memikirkan budget agar tetap bisa wisata hemat dengan souvenir yang menarik, wisatawan juga perlu memikirkan cara pengepakan souvenir agar muat di dalam tas atau koper. Perlu melakukan pemilahan antara barang pecah belah, plastik, dan makanan. Jika wisatawan membeli souvenir seperti barang pecah belah memang lebih aman dimasukkan di koper dengan beberapa peredam goncangan agar tidak pecah. Untuk makanan lebih baik dimasukkan di tas terpisah. Kemudian untuk jenis souvenir dari plastik dapat dimasukkan pada tas tangan.

Mengabadikan Setiap Moment Tanpa Banyak Souvenir

Jika wisatawan memang menyediakan budget terbatas untuk membeli souvenir, maka tidak perlu bersedih. Wisatawan akan tetap memiliki kesan yang luar biasa dengan selalu mengabadikan setiap moment si tempat wisata tertentu. Dengan foto selfie maupun bersama, akan menjadi souvenir yang lebih berkesan dibanding banyak-banyak membeli souvenir. Wisatawan tetap akan merasa puas ketika memiliki banyak foto cantik dan menarik saat pergi ke tempat wisata walaupun souvenir yang dibeli hanya sedikit.
Jadi wisatawan ternyata tidak harus selalu membeli souvenir dalam jumlah yang banyak saat di tempat wisata. Wisata mereka dapat tetap hemat dengan menghemat budget souvenir. Semoga tips wisata hemat di atas dapat menjadi  tips yang sangat membantu. Terutama bagi wisatawan yang memiliki budget rendah. Belilah souvenir dalam jumlah yang sedikit dan banyak-banyaklah mengambil foto untuk kenangan yang abadi. Wisatawan akan hemat dalam berbelanja, hemat waktu, hemat tenaga, terutama hemat budget saat berwisata.

Menikmati Lomie Pedas Khas Oriental

Berbicara soal Indonesia, banyak hal yang dapat dilihat dari negeri yang berada di garis khatulistiwa tersebut. Salah satunya bermacam kuliner, baik tradisional maupun adaptasi dari pengaruh negara lain atau etnis tertentu seperti Tionghoa. Tidak dipungkiri, pengaruh etnis ini sangat banyak ditemukan di daerah-daerah yang dulunya banyak dihuni oleh etnis tersebut. Misalnya saja Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Palembang.
Dari sekian banyak kuliner asli Tionghoa di Indonesia, lomie termasuk salah satu yang digemari oleh masyarakat. Tidak hanya di Jakarta dan Bandung, kuliner klasik tersebut juga ditemukan di Surabaya untuk genre makanan kaki lima. Jika aslinya makanan ini memakai tulang dan daging babi, maka ada lomie versi lain yang dijamin halal karena menggunakan aneka makanan laut (seafood) dan bakso sapi. Lengkapnya, lomie tersebut terdiri dari mi kuning, tauge, kangkung yang diguyur dengan kuah kanji kental dengan aroma ebi yang kuat dengan suwiran daging ayam. Untuk porsi lengkapnya, maka akan ditemani bakso, pangsit rebus dan dorokdok alias kerupuk kulit. Persis seperti mi bakso, tetapi kuah lomie memiliki tekstur dan kental.
Cita rasanya boleh diacungi jempol dan menggoyangkan lidah. Pedasnya mantap dan biasanya disajikan dalam porsi yang besar, jadi tidak perlu khawatir ini akan mengenyangkan. Namun, beda daerah, bisa jadi beda pula rasa dan isiannya yang disesuaikan dengan daerah setempat. Untuk harganya, mi oriental ini cukup menghabiskan sekitar Rp12.000-Rp14.000 per porsinya. Sebagai teman dari lomie, es campur bisa jadi pilihan untuk menghilangkan rasa pedas.

Tips Wisata Camping Aman

Bagi wisatawan yang hobi naik gunung, maka camping adalah salah satu bagian wisata yang asyik untuk dilakukan. Siapa bilang camping tidak dapat dikatakan sebagai pilihan wisata. Camping juga termasuk wisata karena asalkan orang yang melakukannya senang, maka itu adalah wisata.
Apalagi dengan camping juga tetap dapat menikmati pemandangan alam. Sama seperti menikmati wisata di pantai. Naik ke pegunungan memang terbilang sebagai jenis wisata yang ekstrim. Perlu sekali mengetahui tips saat hendak berwisata camping. Mengingat medan yang ditempuh begitu curam, maka jangan sampai wisata akhir tahun menjadi wisata yang tidak mengenakan. Sekali lagi yang perlu diingat oleh wisatawan yang akan pergi wisata camping adalah tetap berhati-hati dan mampu melepas penat. Perhatikan tips wisata camping aman bagi siapa saja yang berencana wisata bersahabat dengan alam.

Barang Bawaan Wisata Camping

Tips yang paling penting mengenai barang bawaan adalah menggunakan tas ransel. Wisata memang selalu merepotkan dengan barang bawaan. Begitu pula dengan wisata camping. Para wisatawan tidak boleh berkeluh-kesah dengan barang bawaan yang besar dan berat untuk jenis wisata yang satu ini. Karena dengan membawa tas ransel maka wisatawan akan lebih merasa nyaman saat camping. Wisatawan tetap merasa aman dengan barang bawaan yang lengkap. Barang bawaan yang persisnya harus dibawa tentu saja bekal makanan dan minuman yang cukup. Sebab wisata camping akan melelahkan badan. Jangan sampai bekal makanan dan minuman berkurang. Kemudian untuk pakaian lebih baik bawa seperlunya. Mengingat akan sulitnya menemukan tempat untuk membersihkan badan. Kemudian barang bawaan selimut maupun alas tidur harus wajib untuk dibawa. Tidak lupa pula untuk mebawa obat-obatan seperti vitamin guna menjaga daya tahan badan tetap prima.

Pakaian Saat Wisata Camping

Bagi yang ingin melakukan wisata camping, tips memilih pakaian menjadi penting. Seorang wisatawan harus mengenakan pakaian yang tertutup dan tebal. Ada jaket, sepatu bot, dan beberapa pakaian pelindung yang lain. Pastikan jenis pakaian yang dikenakan adalah pakaian hangat yang mampu melindungi suhu ekstrim ketika wisata camping dilakukan. Sungguh menyenangkan ketika wisata camping aman dengan menggunakan pakaian yang hangat. Untuk jenis sepatu, sepatu bots atau sepatu kets sama-sama direkomendasikan. Guna melindungi kaki dari benturan yang tidak diinginkan. Karena medan yang curam mengharuskan kaki terlindungi dengan baik. Dengan tidak lupa memakai kaos kaki. Wisatawan akan merasa hangat tanpa perlu khawatir akan terjadinya bahaya dari pakaian yang dikenakan.

Pelindung Dari Hujan

Tips berikut ini berkaitan dengan tips dalam melindungi diri dari hujan. Wisatawan yang akan melakukan wisata camping tentu akan bertemu dengan gerimis sampai hujan lebat. Untuk itu perlu membawa mantel tebal yang dapat melindungi badan dan juga barang bawaan. Payung tidak akan berguna dibawa untuk wisata camping. Sebab payung akan mudah rusak dan juga kurang menjaga wisatawan saat melakukan wisata camping.
Tips wisata yang sangat membantu bagi wisatawan yang akan melakukan wisata camping ke pegunungan. Di Indonesia, banyak pegunungan yang luar biasa namun tetap bisa digunakan untuk melakukan wisata camping aman. Walaupun dapat dikatakan bahwa wisata camping sebagai wisata yang berat dan butuh banyak tenaga, dengan tips di atas, maka bukanlah masalah. Selama badan prima dan niat untuk menambah pengalaman menantang, tentu tidak akan menghalangi untuk tetap melakukan wisata camping.

Lembah Anai, Sajian Indah di Pinggir Jalan

Terletak di kawasan jalan raya Padang menuju Bukittinggi maupun sebaliknya, panorama cantik nan elok disuguhkan oleh air terjun Lembah Anai. Berwisata ke salah satu cagar alam yang merupakan hutan hujan tropis kekayaan Indonesia akan menjadi pengalaman yang mengesankan. Penetapan air terjun Lembah Anai sebagai cagar alam pun sudah diresmikan sangat lama, yaitu tahun 1922. Menjadi kebanggaan tersendiri ketika berkunjung ke Padang, dapat mampir sebentar di air terjun Lembah Anai.
Dengan mengunjungi tempat wisata air terjun Lembah Anai, maka menunjukkan masih ada cagar alam yang berdiri dengan baik. Masih ada cagar alam yang dilestarikan di kawasan Indonesia bagian barat seperti di Sumatera Barat ini. Sebab melihat kini banyak cagar alam yang mulai tidak terurus. Dengan masih adanya air terjun Lembah Anai, sebagai warga Indonesia, tentu harus ikut melestarikan dan juga memperkenalkan kepada wisatawan.
Menuju ke tempat wisata air terjun Lembah Anai dapat ditempuh selama satu jam dari ibukota Sumatera Barat. Lamanya perjalanan akan terbayarkan dengan kecantikan panorama air terjun Lembah Anai. Pesona guyuran air terjun Lembah Anai tidak main-main. Bahkan tempat wisata air terjun Lembah Anai mudah ditempuh karena berada di area pinggir jalan. Sehingga pengunjung tidak perlu harus masuk ke gang-gang sempit untuk mencapai tempat wisata alam air ini.

Sajian Alam Nan Eksotik

Melihat air terjun Lembah Anai begitu eksotik. Tebing dengan ketinggian mencapai tiga puluh lima meter selalu tidak henti-hentinya menjatuhkan air ke bawah. Guyuran air terjun Lembah Anai sangat membuat pengunjung ingin berlama-lama menyaksikan pesona alam tersebut dari dekat. Sebab melihat air terjun Lembah Anai rasanya sangat sejuk dan segar. Apalagi di sekitar tempat wisata ini terdapat banyak pepohonan hijau, sungai, beserta panorama cantik yang lain. Air terjun Lembah Anai memiliki air yang terlihat jernih sehingga membuat tempat wisata alam satu ini benar-benar alami. Berkunjung ke tempat wisata dengan sekeliling yang masih sejuk dan segar akan membuat rasa damai tersendiri. Apalagi di tempat wisata air terjun Lembah Anai, pengunjung dapat menyaksikan flora yang tumbuh dengan lebat, subur, dan besar.
Jika ada flora maka ada pula fauna yang turut menyemarakkan pesona dari air terjun Lembah Anai di Padang. Sekelompok monyet terlihat nakal bergelantungan di pohon-pohon sekitar air terjun ini. Kenakalan monyet-monyet yang ada tidak jauh dari air terjun Lembah Anai hanya dapat disaksikan oleh pengunjung dari kejauhan. Sebab monyet-monyet tersebut tersembunyi dibalik pepohonan hijau besar di sekitar air terjun Lembah Anai.
Selain melihat pesona alam yang ada,di air terjun Lembah Anai. Masih dari tempat wisata yang sama juga dapat menyaksikan peninggalan Belanda berupa jembatan. Jembatan tersebut lebih tepatnya adalah jembatan rel kereta api yang sudah tidak difungsikan kembali. Keberadaan jembatan rel kereta api berada di antara perbukitan atas jalan. Panjang dari jembatan rel kereta api tersebut juga tidak kalah dengan tingginya tebing air terjun Lembah Anai. Panjang jembatan rel kereta api mencapai 50 meter. Pesona cantik, elok, sejuk, segar adalah bagian yang dimiliki oleh air terjun Lembah Anai. Sehingga siapapun yang dalam waktu dekat ini, apalagi akan memasuki akhir tahun, berwisatalah ke Lembah Anai yang cantik.

Keindahan Alam Palembang di Taman Wisata Alam Punti Kayu

Hutan wisata yang ada di propinsi Sumatera Selatan ini dikenal dengan nama Taman Wisata Alam Punti Kayu. Untuk mengunjungi hutan wisata yang dikenal karena keindahan pohon pinus, dapat dikatakan tidak terlalu jauh. Wisatawan dapat menempuh jarak sekitar enam sampai tujuh kilometer untuk menuju Taman Wisata Alam Punti Kayu dari pusat kota Palembang.
Lokasi taman wisata alam ini berada di Kecamatan Sukarami. Dapat dikatakan bahwa jenis pohon pinus yang menjadi daya tarik di hutan wisata ini. Pohon-pohon pinus tersebut berada di dalam sebuah hutan pinus yang tertata dengan sangat indah. Selain dapat melihat keindahan pohon-pohon pinus, di tempat ini, wisatawan dapat pula menikmati fauna di sebuah kebun binatang berukuran mini yang juga ada di tempat wisata Palembang. Beberapa fauna yang dapat dilihat seperti kera ekor panjang dan beruk. Ada pula buaya yang dijaga dalam penangkaran. Fauna tersebut termasuk fauna yang liar, namun wisatawan tidak perlu resah karenanya. Fauna liar tersebut tidak akan mengganggu kenyamanan para wisatawan yang berkunjung ke taman wisata hiburan yang bernuansa alam ini. Tempat wisata ini dijamin akan membuat setiap wisatawan berkeliling puas di tanah seluas mencapai lima puluh hektar ini.
Bagi wisatawan yang lelah berjalan kaki atau memang ingin menambah pengalaman dengan menunggang fauna yang ada di taman wisata ini, maka dapat memilih kuda untuk ditunggangi. Selain itu, fauna gajah akan membuat wisatawan berdecak kagum karena kepiawaiannya dalam beratraksi. Menyusuri hutan wisata yang luas memang akan menjadi semakin seru dengan menikmati seluruh suguhan yang diberikan di tempat wisata ini. Bagi yang senang dengan melihat bunga-bunga cantik, maka di taman wisata ini menyediakan sebuah taman bunga.

Cocok Untuk Anak-anak

Bagi wisatawan yang mengajak seluruh anggota keluarga, anak-anak pun tidak akan merasa jenuh. Alasannya karena terdapat taman bermain di saat mereka ingin menikmati wahana yang dihadirkan di tempat wisata alam ini. Termasuk bagi anak-anak yang ingin berenang, di tempat ini juga terdapat kolam renang yang disediakan oleh pihak pengelola. Wisatawan juga akan merasa sangat sejuk ketika menyusuri jembatan gantung yang di bawahnya terdapat aliran air. Wisatawan pun akan merasa sedang menjelajah di sebuah hutan rimba yaitu, hutan wisata di Palembang ini. Selain itu juga terdapat joglo serta panggung terbuka di hutan wisata ini. Setelah lelah berjalan keliling, wisatawan pun dapat beristirahat di tempat-tempat yang sudah tersedia di hutan wisata.
Untuk menikmati setiap keindahan pesona alam di tempat ini, wisatawan cukup membayar tidak lebih dari sepuluh ribu rupiah sebagai pengganti tiket masuk. Taman nyaman ini dibuka mulai dari pukul sembilan pagi waktu setempat. Wisatawan harus berangkat pagi hingga sore hari jika ingin menikmati setiap keindahan Taman Wisata Alam Punti Kayu. Karena hutan wisata di Palembang ini hanya akan dibuka hingga pukul empat sore hari. Hutan wisata yang tidak boleh tidak dikunjungi. Hutan wisata yang harus dilestarikan mengingat flora dan juga fauna yang ada di sini banyak keindahan alam yang sangat indah.

Taman Buaya Tanjung Pasir Tangerang

Taman Buaya ini sudah ditetapkan sebagai salah satu lokasi pariwisata oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang sejak tahun 2002. Namun, minimnya minat wisatawan datang ke lokasi ini, mengakibatkan perkembangannya menjadi seolah mati suri. Tapi, kondisi itu tidak lantas memupus tekad pemiliknya, Lukman Arifin, untuk terus mengembang biakkan buaya. Terbukti, sejak awal dibuka penangkaran ini hanya berisikan 35 ekor buaya. Namun sampai sekarang berjalan 9 tahun, penangkaran ini sudah berisi 500 ekor buaya. Dan, dari jumlah tersebut, setidaknya ada emapt jenis buaya yang dikembangbiakkan di penangkaran ini, yaitu, Buaya Irian, Buaya Sumatera, Buaya Air Tawar dan Buaya Air Payau.
Kandang-kandang buaya itu dibedakan berdasarkan umurnya, tentu dari sekian ratus buaya yang ada umurnya ada yang tua dan muda. Dari yang masih kecil sampai yang berumur 40 tahunan. Dan hanya sedikit buaya yang bisa berumur 70 tahun lebih. Setidaknya ada 4 jenis buaya yang dikembangbiakkan di penangkaran ini. Yaitu, Buaya Irian, Buaya Sumatera, Buaya Air Tawar dan Buaya Air Payau, namun buaya yang paling banyak adalah Buaya Sumatera.
Anda bisa melihat seluruh tepian kandang tanpa perlu khawatir terkena panas matahari, karena di sekeliling kandang dinaungi oleh atap peneduh, dengan beberapa tempat duduk sederhana untuk sekadar melepas lelah sambil menikmati suasana. Taman Buaya Tanjung Pasir ini tidak begitu menyediakan atraksi buaya bagi pengunjung, kecuali jika kebetulan petugas tengah memberi makan, atau pemandangan ketika petugas mengambil telur dengan membawa tongkat bambu pengusir buaya.
Nah, tidak semua telur buaya ditetaskan, namun ada juga yang dijual, dan ada pula yang ditawarkan sebagai salah satu menu makanan, meskipun tidak selalu ada karena tergantung musim bertelur. Satu telur buaya harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Buaya-buaya ini biasanya diberi makan sekali sehari, atau sedikitnya lima hari dalam seminggu.Anda penasaran? Silahkan datang langsung berekreasi ke Taman Buaya Tanjung Pasir.
Lokasi dan Operasional
Taman Buaya Tanjung Pasir berada di Jl. Raya Tanjung Pasir Km 29, Tangerang. Wahana rekreasi ini buka setiap hari, mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB, dengan harga karcis masuk cuma Rp. 8.000 per orang.

Museum Wayang Kekayon Yogyakarta

Selain koleksi wayangnya yang relatif lengkap, salah satu keistimewaan Museum Wayang Kekayon lainnya adalah sejumlah replika dan bangunan yang menguraikan sejarah Indonesia sejak zaman purba hingga proklamasi kemerdekaan. Termasuk juga sejarah kesenian wayang dari abad 6 hingga 20. Ada berbagai replika bangunan yang menggambarkan tentang perjalanan sejarah tersebut. Mulai dari diorama manusia purba, patung singa Borobudur, kompleks menara air dengan atap berbantuk candi, replika menara kudus, kompleks pancuran bidadari, kompleks Baleranu Mangkubumi, patung Jepang, dan patung Proklamasi yang melambangkan babak sejarah Indonesia sebelum masa kemerdekaan.

Museum dengan Artsitektur Tradisional Jawa

Museum Wayang Kekayon merupakan salah satu museum yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, didirikan atas inisiatif Prof. Dr. dr. KRT. Soejono Parwirohusodo, seorang dokter spesialis kesehatan jiwa. Museum ini didirikan dengan harapan agar generasi muda lebih mengetahui dan memahami kebudayaan adiluhung bangsa. Museum yang dibuat dengan khasanah arsitektur tradisional Jawa berbentuk Joglo ini, menempati 9 unit bangunan dengan luas tanah sekitar 1,1 hektar di tepi Jalan Raya Yogyakarta–Wonosari, km 7.
Ada begitu banyak wayang di sini, mulai dari wayang purwa, wayang beber, wayang kancil, wayang sadat, wayang golek, hingga wayang suket. Hal menarik lainnya yang bisa Anda nikmati disini adalah menyaksikan wayang kancil yang menceritakan dongeng si kancil yang mencuri mentimun. Di museum wayang Anda juga berisikan berbagai jenis wayang, mulai dari wayang kulit, wayang thailand, sampai wayang amerika.
Diambilnya nama Kekayon untuk nama museum ini adalah, Kekayon atau Kayon atau Gunungan merupakan lambang kehidupan di dunia. Oleh karena itu, kenapa pertunjukan wayang selalu dibuka dengan munculnya Kekayon.
Museum Wayang Kekayon sempat mengalami masa kejayaan. Masa dimana museum ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit dan selalu penuh dengan pengunjung. Tiap hari selalu ada wisatawan yang berkunjung ke museum ini, perorangan maupun rombongan. Mereka ingin mnegetahui tentang seluk beluk dunia perwayangan. Namun seiring berjalannya waktu museum ini mengalami kemunduran. Wisatawan mulai jarang berkunjung. Apalagi, setelah gempa melanda Yogyakarta dan merusak beberapa bagian dari bangunan ini. Museum Wayang Kekayon semakin sepi.

Lokasi

Museum Kekayon terletak di Jl. Raya Yogya-Wonosari Km 7 No. 277 Wonosari Wonosari Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Tiket masuk museum ini hanya Rp 7000 per orang, jika Anda ingin memotret harus membayar lagi Rp 10.000.

Tari Remo

Tari remo menurut sejarahnya adalah tari yang khusus dibawakan oleh penari laki-laki karena berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini yaitu menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan laga.

Busana Penari Remo

Dalam pertunjukan tari remo putri, umumnya para penari akan memakai kostum tari yang berbeda dengan kostum tari remo asli yang dibawakan oleh penari pria. Para penari wanita akan memakai sanggul, mekak, rampak dilengkapi dengan satu selendang yang disampirkan di bahu penari.
Lain dengan kostum penari pria yang menggunakan gaya busana khas Surabaya, gaya ini terdiri dari ikat kepala merah, baju tanpa kancing berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke-18. Celananya sebatas pertengahan betis yang diikat dengan jarum emas, sarung batik pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen diikatkan ke pinggang serta kering yang berada di belakang.
Ada juga kostum Gaya Sawunggaling yang hampir sama dengan gaya Surabayan, dengan perbedaannya pada pemakaian kaus putih berlengan panjang. Selain itu ada juga gaya Malangan yang pada dasarnya juga sama dengan gaya Surabayan, yang membedakan adalah celananya yang panjang hingga menyentuk mata kaki. Gaya Jombangan hampir sama juga dengan gaya Sawunggaling perbedaanya pada penggunaan rompinya dan tidak memakai kaus.

Gerakan Kaki dan Musik Gamelan

Ciri-ciri yang paling khas dan paling utama dari Tari Remo ini adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan tersebut didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di perlangan kaki. Selain itu, ciri-ciri yang lain yaitu gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif.
Tari Remo diiringi oleh musik gamelan yang biasanya terdiri atas bonang barung atau babok, bonang penerus, saron, gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong, kempul, dan gong. Jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari Remo adalah Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru. Dalam pertunjukan ludruk, penari biasanya menyelakan sebuah lagu di tengah-tengah tariannya.

Tempat Wisata Pantai Baron Yogyakarta

Berwisata alam di Yogyakarta tidak terlepas dari banyaknya pantai yang cantik untuk dikunjungi, khususnya di bagian selatan Yogyakarta. Salah satunya Pantai Baron yang menawarkan pemandangan indah yang tidak kalah dengan Pantai Parangtritis, sehingga menjadi favorit wisatawan. Pasalnya, ada beberapa pantai di deretan Pantai Baron, sebut saja Pantai Siung dan Pantai Sundak.
Berjarak kurang lebih 65 kilometer dari Kota Yogyakarta, tepatnya mengarah ke selatan Kota Wonosari, pantai tersebut sebenarnya adalah teluk yang diapit oleh dinding bukit kapur dengan pohon kelapa. Pengunjung dapat berenang sepuasnya di pantai ini asalkan tidak melewati batas terjauh yang ditentukan, sebab pantai ini memiliki ombak yang besar. Bermain pasir di pantai, menikmati badan yang lengket karena air laut atau menikmati angin laut yang kencang berhembus menjadi kegiatan yang dilakukan di Pantai Baron. Kontur lembah dan sungai air tawarnya menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan yang datang dan sering digunakan untuk mandi setelah bermain di air laut. Sungai ini jauh dari pencemaran karena mengalir di bawah tanah. 
Tempat ini juga digunakan untuk berkemah dan kegiatan lintas alam melewati bukit-bukit yang mengelilingi pantai tersebut. Dari atas bukit, terlihat laut yang membentang dan perahu-perahu berwarna putih dan biru berjajar rapi di atas pasir berwarna cokelat di sepanjang pantai. Perahu-perahu itu ada yang baru pulang dari melaut atau juga sedang beristirahat kala musim melaut belum tiba. Pantai Baron memang menjadi dermaga bagi para nelayan untuk berangkat dan pulang dalam mencari nafkah. Oleh karena itu, kawasan pantai juga dilengkapi dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai pasar para nelayan untuk menjual hasil tangkapannya.
Pengunjung dapat membeli ikan-ikan segar tangkapan para nelayan karena Pantai Baron terkenal sebagai penghasil lobster, bawal putih, kakap dan tongkol. Jadi, bersiaplah untuk mampir ke warung-warung yang berderet di sisi kanan dan kiri yang melayani kebutuhan kuliner pengunjung. Ada menu sop kakap yang khas, tentunya akan menggoyang lidah Anda dengan harga yang terjangkau. Istilah ‘fresh from oven’ pun menjadi ciri khas dari kuliner di pantai tersebut.

Masjid Al Alam Marunda Konon Dibangun Dalam Semalam

Anda tahu tokoh Betawi yang bernama Pitung? Ingin melihat lebih dekat dimana Pitung menghabiskan masa kecilnya?, Nah, di Jakarta tepatnya di daerah Marunda ada sebuah Masjid yang bernama Masjid Al Alam. Di Masjid inilah masa kecil Pitung banyak dihabiskan waktunya bermain di masjid ini sambil mengaji dan belajar silat. Selain sebagai salah satu yang tertua di Jakarta, Masjid Al-Alam Marunda, Jakarta Utara memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di tanah Betawi.
Ada yang mengatakan bahwa Masjid Al Alam Marunda, dibangun hanya dalam tempo semalam yang dibangun oeh Walisongo dengan tempo semalam, saat menempuh perjalanan dari Banten ke Jawa. Karena itu, nama asli masjid ini Al Auliya, masjid yang dibangun para wali Allah.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa pendiri Masjid Al Alam adalah Fatahilah dan pasukannya pada tahun 1527 M, setelah mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa. Ada keyakinan di masyarakat Marunda, bahwa Fatahillah membangun Masjid Al-Alam Marunda hanya dalam sehari. Meski berbeda pendapat namun terdapat kesamaan bahwa masjid ini dibangun hanya dalam tempo semalam, meski pijakan alasan keduanya berbeda.
Melihat arsitektur Masjid Al Alam Marunda akan mengingatkan pada model Masjid Demak, namun berskala lebih mini ukurannya 10×10 meter. Atapnya yang berbentuk joglo ditopang oleh emapt pilar bulat seperti kaki bidak catur. Mihrab yang pas dengan ukuran badan menjorok ke dalam tembok, berada di sebelah kiri mimbar. Uniknya masjid ini berplafon setinggi dua meter dari lantai dalam. Kemudian, di bagian kiri Masjid, dulunya merupakan kolam yang digunakan untuk mencuci kaki sebelum masuk masjid.
Beberapa bagian Masjid Al Alam lainnya masih asli. Di antaranya adalah tembok di ruang utama masjid yang memiliki ketebalan sekitar 27 cm dan hiasan jendela yang terdapat di ruangan imam. Selain itu ada juga sebuah tongkat yang terukir melingkar seperti ular. Tongkat itu cukup istimewa dan hanya dikeluarkan setiap hari Jum’at saat khutbah berlangsung.
Begitu juga sumur tua yang usianya ratusan tahun tersebut berada di samping masjid sampai saat ini air masih tetap mengalir dan tidak pernah kering. Sumur tersebut berisi air yang memiliki tiga rasa sekaligus, yaitu asin, tawar, dan payau. Banyak pengunjung yang datang bermaksud untuk mencicipi langsung rasa air dari sumur tersebut. Tidak sedikit dari mereka yang membawa pulang air tersebut (dan percaya) untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Malah ada juga pengunjung yang mengaku enteng jodoh setelah meminum air dari sumur Masjid Al Alam.

Lokasi Masjid Al Alam Marunda

Masjid ini berada di di Kampung Marunda Pulo RW 07 Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Untuk sampai di Masjid Si Pitung, Anda bisa menuju Pasar Cilincing dari arah Tanjung Priok. Kemudian perjalanan bisa dilanjutkan menuju Marunda. Aksesnya cukup mudah dijangkau, begitu juga bagi Anda yang menggunakan angkutan umum.

Air Terjun Grojogan Sewu Tawangmangu

Mengunjungi wisata alam di daerah Tawangmangu, Jawa Tengah. Ada air terjun yang cukup terkenal, yaitu Air Terjun Grojogan Sewu yang berada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Tawangmangu. Tidak sekedar bermain air atau melihat air yang jatuh dari ketinggian 81 meter tersebut, tetapi juga panorama hutan alami di kaki Gunung Lawu, Kabupaten Karangayar, Jawa Tengah.
Namanya memang menggunakan kata sewu yang berarti seribu, tetapi kenyataannya hanya ada satu air terjun utama dan beberapa air terjun kecil mengalir di sekitarnya. Ada larangan untuk tidak melihat air terjun ini dari dekat sebab melewati bebatuan yang licin.
Perjalanan ke tempat wisata tersebut menghadirkan suasana alam yang begitu kental, didominasi oleh tumbuhan pinus dan kera ekor panjang, serta deru air terjun yang bisa terdengar jelas. Potensi wisata tersebut menjadi daya tarik Air Terjun Grojogan Sewu selain air terjunnya yang indah yang dikenal sebagai air terjun tertinggi ke-12 di Indonesia dan tertinggi pertama se-Jawa Tengah.

Kera Liar hingga Flying Fox

Wisatawan dapat melihat kera-kera dari jarak dekat karena banyak kera liar yang dibiarkan lepas begitu saja. Tetapi, berhati-hatilah sebab mereka suka merebut makanan yang dibawa wisatawan. Tak heran jika “pertarungan sengit” antara manusia versus kera yang sedang memperebutkan tas wisatawan hingga sobek akan terjadi di tempat ini. Meski demikian, di lokasi Air Terjun Grojogan Sewu ini memiliki hawa sejuk, sehingga terasa nyaman ketika dikunjungi. Selain menikmati kera-kera liar berkeliaran para wisatawan pun dapat menikmati kolam renang dengan air khas pegunungan yang dingin, serta permainan flying fox yang bisa menjadi alternatif wisata di tempat ini.

Meninjau Kemegahan Maninjau Dari Puncak

Keindahan Danau Maninjau memang sudah tak perlu diragukan lagi. Apalagi saat Anda menikmatinya dari atas, yakni dari Puncak Lawang, puncak dataran tinggi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dari lokasi inilah kita bisa melihat kemegahan Danau Maninjau secara utuh.
Kalau belum cukup, Anda bisa menikmatinya lebih tinggi lagi dengan paralayang. Ya, Puncak Lawang juga merupakan salah satu spot untuk olahraga ini. Bukan hanya di Indonesia, melainkan juga menjadi salah satu yang menjadi favorit di kawasan Asia Tenggara. Ketinggian ini juga yang menjadi daya tarik Puncak Lawang jika dibandingkan dengan lokasi paralayang lainnya, misalnya di kawasan Puncak, Bogor.
Di Puncak Lawang ini, sebaiknya Anda menikmati Saka Lawang, yaitu minuman khas daerah setempat yang terbuat dari tebu. Anda tentu bisa membayangkan bagaimana manisnya rasa Saka Lawang ini. Namun, rasa manis yang disajikan oleh minuman ini konon berbeda dengan tebu dari daerah lain. Dari wisatawan yang kerap berkunjung dan mencobanya, kebanyakan mengatakan rasa manisnya lebih natural. Oleh karena itu, tak jarang dari mereka yang membawanya untuk dijadikan sebagai oleh-oleh.

Lokasi

Untuk mencapai tempat ini, ada dua jalur darat yang bisa ditempuh. Pertama, dari Kota Padang yang melewati jalur Pariaman menuju Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam. Di jalur ini pula, nantinya Anda akan melewati sebuah rute yang populer dengan tikungannya, yang bernama Kelok Ampek Puluah Ampek. Dinamakan demikian, lantaran jumlah tikungan (kelokan) berjumlah 44. Sedangkan untuk jalur kedua, bisa dimulai dari timur, perjalanan dari Padang menuju Bukittinggi dan dilanjutkan ke Matur. Dari lokasi terakhir ini barulah dimulai jalan berkelok dan mendaki tajam hingga sebelum tiba di Puncak Lawang.

Kupang Lontong Masakan Khas Sidoarjo

Makanan khas Jawa Timur ini memang terkenal dan banyak ditemukan di daerah tersebut karena kebanyakan kupang hidup di pesisir Sidoarjo atau biasanya di lumpur air asin.
Mungkin bagi masyarakat di luar Jawa Timur tidak akrab dengan nama kupang yang merupakan hewan laut seperti kerang kecil. Jenis kupang yang biasa digunakan yaitu kupang putih atau dikenal dengan kupang beras karena bentuk kecil seperti butiran beras. Meski kupang mengeluarkan bau amis, tetapi hewan ini memiliki kandungan protein tinggi seperti siput dan bekicot yang memang masih berfilum mollusca. Jadi, bagi Anda yang alergi dengan makanan laut ini, tidak disarankan untuk mencoba kuliner ini.

Racikan Bumbu Khas Jawa Timur

Kupang sendiri dapat diolah menjadi beragam jenis makanan, seperti kupang lontong, kerupuk kupang dan petis kupang yang khas Sidoarjo. Khusus untuk kupang lontong, makanan ini terdiri dari lontong disiram dengan kuah yang berisi kupang, sate kerang, dan lentho singkong (ketela yang diserut, dikasih kacang polong sedikit dan digoreng). Bumbu utamanya petis udang, sehingga makanan ini akan semakin lezat dan menonjolkan khas Jawa Timur. Sajian ini memang cocok ditemani dengan air kelapa muda yang berfungsi sebagai penawar racun yang terdapat di dalam kupang.
Dari sekian banyak penjual kupang lontong di Sidoarjo, warung kupang Suko Pak Slamet yang berada di sisi utara Pasar Suko, Sidoarjo, memang jadi favoritnya. Tak hanya masyarakat biasa, artis-artis pun berkunjung ke warung ini untuk menikmati kupang lontong. Untuk seporsinya dibanderol dengan harga Rp5.000, sedangkan sate kerang Rp4.000 per lima tusuk dan air kelapa muda Rp3.000 per gelas. Apabila Anda juga ingin mencoba makanan ini, warungnya buka dari pukul 10.00-17.00 WIB, jadi jangan sampai terlewatkan ya.

Museum Arkeologi Gedong Arca


Museum yang terletak di desa bedulu Jalan Raya Tampaksiring, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ini memiliki beragam koleksi peninggalan purbakala.
Sejarah berdirinya Museum Purbakala ini berawal sejak adanya gagasan untuk memamerkan Benda Cagar Budaya yang berhasil dilestarikan oleh Jawatan Purbakala pada tahun 1950. Adapun penggagas ide semua itu adalah mantan Kepala Dinas Purbakala Bali, yaitu Prof.Dr.R.d. Soejono dan Drs. Soeharto. Sedangkan Museum Arkeologi ini sendiri secara resmi dibuka untuk umum oleh Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tanggal 14 September 1974.
Koleksi Museum Arkeologi Gedong Arca saat ini berjumlah 185 buah yang terdiri dari dua kelompok yaitu dari masa prasejarah dan sejarah. Koleksi dari masa prasejarah di mulai dari jaman batu sampai jaman perunggu dan masa sejarah di mulai dari abad ke- 8 M sampai abad ke- 15 M. Koleksi-koleksi tersebut dipamerkan di halaman tengah, halaman dalam dan di depan Padmasana. Koleksi di museum ini berupa Paleolitik, Mesolitik, Neolitik, Perundagian, Sarkopagus, Stupika Tanah Liat, Benda Perunggu, Meterai Tanah Liat, Lingga, Arca Dwarapala, Replika, Keramik, dan Periuk.
Di antara koleksi benda-benda prasejarah ini terdapat juga alat-alat dari batu, tulang dan lain-lainnya. Nah, yang sangat menarik di Museum Arkeologi Gedong Arca ini adalah ada beberapa buah peti mayat (sarkopagus) yang berasal dari berbagai tempat di Bali. Sarkopagus itu pada umumnya berbentuk seperti kura-kura, mempunyai tonjolan pada sisi depan dan sisi belakangnya atau pada sisi sampingnya. Koleksi lainnya adalah stupika dari Pejeng, arca perunggu dan lain-lainnya.

Jalan-Jalan dan Wisata di Sumedang

Pertama kali berkunjung kesana tak lengkap rasanya apabila tak mampir ke alun-alun Kota Sumedang. Mampirlah bersama keluarga Anda untuk berjalan-jalan dan wisata di Sumedang dan temui salah satu ikon alun-alun itu yaitu Lingga. Letak Lingga tak jauh komplek perkantoran Pemda Sumedang.
Dari alun-alun jalan sedikit Anda akan menemui Masjid Agung Sumedang. Masjid ini tergolong bersejarah karena dibangun ratusan tahun silam, namun bentuk dan arsitekturnya masih dipertahankan sampai sekarang. Kira-kira di sebelah selatan alun-alun kota terdapat Museum Prabu Geusan Ulun. Museum ini terletak di komplek bangunan pemerintahan dan merupakan sebuah musium keluarga yang dibangun pada tahun 1973. Anda akan banyak menemui benda-benda bekas peninggalan raja-raja di zaman Kerajaan Sumedang Larang disimpan di sini.
Nah, tidak terlalu jauh dari alun-alun juga ada wisata alam Gunung Kunci yang merupakan tempat rekreasi dengan pemandangan alam yang indah. Di sini terdapat gua yang dibangun pada masa penjajahan Belanda dan digunakan sebagai benteng pertahanan untuk mengepung masyarakat Sumedang.
Setelah bosan dengan objek wisata dalam kota dan Anda ingin wisata di Sumedang lainnya, maka cobalah wisata religi sekaligus belajar sejarah. Di Sumedang ini terdapat tiga makam penting yang patut Anda kunjungi. Pertama, Makam Dayeuh Luhur yang terletak di kecamatan Sumedang utara sekitar 17 km dari Kota Sumedang. Daya tarik yang ada di tempat ini adalah makam Prabu Geusan Ulun beserta istrinya yang bernama Harisbaya serta makam Kyai Damang Cipaku.
Kedua, makamnya Cut Nyak Dien yang berada di atas bukit kecil dekat kantor pemerintahan Sumedang dan berlokasi di Gunung Puyuk Kecamatan Sumedang Selatan. Adanya makam ini lantaran pemerintah Belanda pada masa lalu mengasingkan Cut Nyak Dien dari Aceh ke Sumedang hingga beliau meninggal dunia di kota ini.
Ketiga, Makam Pasarean Gede, Kangjen pangeran Santri (Pangeran koesoemahdinata I) seorang tokoh pejuang agama Islam di wilayah Sumedang Larang tahun 1530 yang dipimpin oleh seorang ratu bernama Ratu Dewi Inten Dewata dengan gelar Ratu Pucuk Umum. Pangeran Santri meninggal pada 2 Oktober 1579 dan dimakamkan berdampingan dengan istrinya di Gunung Ciung Pasarean Gede yang letaknya kurang lebih 1 km dari pusat Kota Sumedang.
Puas berwisata religi, ada baiknya juga Anda menjajal objek wisata di Sumedang lainnya yaitu wisata alam. Anda ingin menghangatkan diri di sumber air panas, di Sumedang ada dua tempat pemandian air panas, yaitu Cipanas Conggeang dan Cipanas Cileungsi. Kedua tempat itu sudah dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas yang memadai.
Wisata Alam Curug Cinulang, terletak di Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung. Tempat rekreasi ini memiliki dua buah air terjun dengan ketinggiannya sekitar 50 meter. Curug Sindulang ini berpanorama alam indah terutama di perjalanan menuju ke lokasi. Apabila perjalanan diteruskan, kita akan menjumpai tempat wisata Gunung Kareumbi.
Selain itu, di Sumedang ada juga tempat yang menarik bagi Anda dan keluarga Anda, yaitu kolam renang Cipanteuneun. Terletak di Desa Licin, Kecamatan Cimalaka, dahulunya kolam renang ini terbentuk secara alami, namun dalam perkembangannya kolam renang alam ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga Anda dan keluarga dapat menikmatinya.
Bagaimana dengan kulinernya? Selain Tahu Sumedang yang kita semua tahu, di Sumedang juga ada makanan khas yang bernama Ubi Cilembu. Rasa Ubi ini sangat manis dan pulen, berbeda dengan ubi kebanyakan. Penganan ini banyak terdapat di sekitar Kecamatan Tanjungsari, atau apabila Anda datang dari arah Bandung, lokasinya antara Jatinangor dan Cadas Pangeran.

Ketan Bintul Makanan Favorit Sultan Maulana Hasanuddin

Ketan Bintul merupakan makanan khas dari daerah Serang, Banten yang pupuler di saat bulan Ramadhan datang. Menurut masyarakat Serang, keberadaan penganan di bulan Ramadhan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan, karena ketan ini merupakan makanan pembuka puasa. Mencarinya penganan ini pun mudah karena banyak jumpai di kawasan Pasar Lama, Kota Serang.
Konon menurut sejarahnya, Ketan Bintul sudah ada sejak 15 abad yang lalu sejak berdirinya Kesultanan Banten. Ketan Bintul merupakan makanan kegemaran Sultan Maulana Hasanuddin. Makanan ini diketahui adalah makanan khas rakyat biasa namun karena Sultan memiliki budi pekerti yang tinggi dan selalu menjadi contoh ahlak dan prilakunya dimata rakyatnya. Maka sejak rakyat mengetahui seorang Sultan juga menyukai ketan bintul, sejak itulah mulai menjadi membudaya apabila seseorang berbuka puasa dengan ketan bintul maka seakan-akan menghargai dan menghormati sang Sultan.
Terbuat dari beras ketan yang dikukus, setelah nampak matang, lalu di letakan pada sebuah wadah yang sudah disiapkan, dahulu wadah tersebut dari bekas karung beras yang terbuat dari plastik yang tidak ada gambarnya atau merknya karena akan mengotori ketan yang akan ditumbuk ketika gambar itu luntur, diletakan dibawah pada lantai atau semen yang rata sebagai tilam.
Ketan yang sudah dipastikan matang tersebut kemudian ditumbuk halus masih dalam keadaan panas dengan sebuah alu kayu yang ujungnya diberi pelapis dari plastik atau alat penumbuk lainnya yang bersih dan tidak mudah luntur. Menumbuknya pun harus dengan tenaga yang besar, yang perlu diperhatikan di sini adalah beras yang sudah menjadi ketan tersebut jangan sampai kehilangan panasnya, agar pada saat menumbuk cepat halus dan empuk. Ketan ini dijual sekitar Rp 2.000 per potongnya.

Pura Gunung Kawi Di Pulau Dewata

Kata Gunung Kawi berarti pahatan-pahatan yang terdapat di pegunungan atau padas pahatan, di mana memang Anda akan melihat banyak ukiran di dinding pura dan suasana tenang dan sunyi yang akan menenangkan.
Mendengar kata “Gunung Kawi” mungkin ingatan Anda melayang pada sebuah gunung yang terkenal di Jawa Timur sebagai tempat pesugihan untuk mencari kekayaan. Namun, tempat ini bukanlah Gunung Kawi yang dimaksud, melainkan Pura Gunung Kawi yang terletak di Tampaksiring, Bali. Tak hanya keindahan alamnya yang menawan dan asri, tetapi juga peninggalan sejarah yang juga kental. Pura tersebut tidaklah terlalu besar, tapi merupakan pura yang tenang yang dikelilingi hutan dan ada air mancur yang jernih disebut “Air Mancur Suci” di pura tersebut.

Peninggalan Raja Udayana Di Bali

Pura Gunung Kawi dulunya merupakan tempat pemakaman keluarga raja, permaisuri dan keturunannya yang pernah memerintah di wilayah Bali. Abu jenazah Raja Udayana dan keluarganya, termasuk anaknya yaitu Raja Anak Wungsu disimpan di sekitar kompleks pura tersebut. Jadi, tidak heran pura ini sangat dijaga kelestariannya karena menyimpan nilai sejarah dan seni yang berharga. Selain itu, terdapat juga wihara sebagai tempat tinggal pendeta Budha atau Bhiku. Peninggalan tersebut ditafsirkan sebagai penghargaan atas keragaman agama dan budaya yang ada di Bali sejak dahulu, sehingga wisatawan dapat belajar mengenai sejarah kebudayaan dan seni di tempat ini.

Lokasi

Kompleks pura ini sangat strategis lokasinya karena tidak jauh dari Denpasar, sekitar 1,5 jam dari bandara menggunakan mobil. Dari Kota Denpasar, Anda bisa berkendaraan sekitar 40 kilometer menuju Tampaksiring yang terletak di Kabupaten Gianyar, Bali. Kompleks pura sendiri sudah bisa dilihat dan dinikmati setelah melewati gapura dan 315 anak tangga di pinggir Sungai Pakerisan yang terletak di pura tersebut.

Sate blue marlin khas Pesisir Barat

Jika kita berwisata ke Kota Krui, Ibu Kota Kabupaten Pesisir Barat, maka di pusat kota itu akan kita temui sebuah tugu menyerupai ikan blue marlin dengan moncong seperti tombak yang panjang dan tajam. Ya, itulah patung ikan blue marlin atau ikan tuhu/tuhuk. Saat ini, ikan marlin memang menjadi ikon Kabupaten Pesisir Barat yang berdiri pertengahan 2013 dan berpisah dari kabupaten induknya, Lampung Barat.di Provinsi Lampung.
Bahkan, untuk mempermudah menjelaskan kepada anak-anak, ada warga yang menyebutnya “Ikan Indosiar”, mungkin karena ikan itu bisa terbang dan menjadi salah satu logo stasiun televisi swasta nasional.
“Kalau pergi ke Pesisir Barat belum makan sate atau gulai (sayur) ikan blue marlin, itu namanya belum ke Pesisir Barat. Dan kalau ingin menyantap sate ikan blue marlin, ya pergilah ke Pesisir Barat.
Kabupaten itu berjarak sekitar 350 KM arah barat laut, atau perjalanan sekitar lima hingga enam jam dari Kota Bandarlampung, Ibu Kota Provinsi Lampung.
Ikan tuhuk hidup di perairan laut lepas, area tangkapannya relatif agak jauh dari pantai, maka alat yang digunakan juga harus memadai.
“Ikan tuhuk itu apalagi yang besar ganas, bisa terbang. Jadi kalau tidak hati-hati bisa menerjang badan dan sangat bahaya, karena moncong mulutnya menyerupai tombak panjang dan tajam.
Meski menangkapnya tidak mudah, menu ikan tuhu relatif tidaklah mahal dan bisa didapatkan serta dinikmati dengan mudah di beberapa warung makan di Pesisir Barat.
Di sebuah rumah makan sederhana di dekat pintu masuk Bandara Pekon Serai, Krui, Pesisir Barat, misalnya, pengunjung kadang bisa melihat langsung ikan tuhuk itu sedang dikuliti, diiris-iris dagingnya yang segar dan memerah, lalu selanjutnya dimasak sesuai pesanan pembeli, seperti digulai (sayur santan), digoreng, atau disate.
Harga satu tusuk sate ikan tuhuk juga tidak mahal, hanya sekitar Rp1.500 sampai Rp2.000 isi lima iris, atau Rp15.000 hingga Rp20.000/10 tusuk, tergantung besar dan banyak isi dagingnya.
Setelah disate, pembeli bisa memesan lagi sesuai selera, apakah akan menggunakan bumbu kacang atau kecap, pedas atau sedang, dan selanjunya akan dibungkus untuk dibawa pulang untuk keluarga, untuk oleh-oleh atau tidak.
Tentu, harga daging ikan tuhuk itu jauh lebih mahal ketika sudah sampai di Pusat Kota Bandarlampung.
Selain kuliner ikan tuhuk, Pesisir Barat memiliki sejumlah objek wisata budaya misalnya Pantai Tanjung Setia, yang amat digandrungi para wisatawan asing petualangan, karena memiliki ombak pantai yang tinggi dan panjang, sangat cocok untuk olahraga dan wisata selancar.
Pada bulan-bulan tertentu, banyak turis asing, baik dari Amerika, Australia, Belanda, dan lainnya yang berada di sana bukan hanya untuk satu atau dua tiga malam, tapi sekali datang bisa bertahan satu hingga dua bulan.
Para turis asing itu selain bermalam di tempat-tempat penginapan yang telah tersedia di tepi pantai sedemikian rupa, dan bisa mendengarkan deburan ombak selama 24 jam, juga banyak yang tinggal di rumah-rumah penduduk.

Cap Go Meh Di Pulau Kemaro Ritual Cari Jodoh

Pagoda di Pulau Kemaro. (ANTARA)
Pagoda di Pulau Kemaro. (ANTARA)
Untuk diketahui, Pulau Kemaro, merupakan sebuah Delta kecil di Sungai Musi. Jika dihitung keberangkatannya dari Palembang, jaraknya sekitar 40 kilometer. Sedangkan jarak tempuh dari Jembatan Ampera terhitung 6 kilometer.
Terletak di daerah industri, yaitu di antara Pabrik Pupuk Sriwijaya, Pertamina Plaju dan Sungai Gerong, Pulau Kemaro menjadi tempat rekreasi yang terkenal. Butuh waktu lima menit untuk sampai ke Pulau tersebut dengan menggunakan sampan motor (sampan bermesin) dari dermaga PT Pusri Palembang. Biasanya pemerintah setempat menyediakan alat transportasi air itu bagi para pengunjung secara gratis setiap perayaan Cap Go Meh .
Di tempat ini terdapat sebuah vihara China (kelenteng Hok Tjing Rio) dan kuil Buddha. Terdapat pula makam putri Palembang.
Legenda
Menurut legenda setempat, pada zaman dahulu, seorang putri dari Kerajaan Sriwijaya, Siti Fatimah Putri dikirim untuk menikah dengan seorang pangeran dari China, Tan Bun An. Sang putri meminta 9 guci emas sebagai mas kawinnya.
Untuk menghindari bajak laut maka guci-guci emas tersebut ditutup sayuran. Sayangnya, sang pangeran buru-buru emosi ketika membukanya dan melihat bahwa di guci tersebut hanya berisi sayuran. Sang pangeran pun meluapkan amarahnya dengan membuang guci-guci tersebut ke sungai.
Rasa kecewa dan menyesal membuat sang anak raja memutuskan untuk menerjunkan diri ke sungai dan tenggelam. Sang putri pun ikut menerjunkan diri ke sungai hingga tenggelam. Dari tempat dua sejoli ini terjun, muncullah pulau kecil yang tak tenggelam saat Sungai Musi airnya pasang sekalipun, yang sekarang dikenal dengan nama Pulau Kemaro. Sang putri dikuburkan di Pulau Kemaro tersebut. Untuk mengenang kisah tragis sang puteri cantik ini, maka dibangunlah sebuah Kuil.
Daya tarik Kemaro adalah Pagoda berlantai 9 yang menjulang di tengah-tengah pulau. Pagoda setinggi 45 meter itu dibangun pada 2006. Selain pagoda ada kelenteng yang sudah dulu ada. Klenteng Soei Goeat Kiong atau lebih dikenal Kelenteng Kuan Im dibangun sejak 1962. Di depan kelenteng terdapat dua makam berdampingan, yakni makam Tan Bun An dan Siti Fatimah. Kisah cinta mereka berdualah yang menjadi legenda terbentuknya pulau ini.
Selain itu ditempat ini juga terdapat sebuah Pohon yang disebut sebagai “Pohon Cinta” yang dilambangkan sebagai ritus “Cinta Sejati” antara dua bangsa dan dua budaya yang berbeda pada zaman dahulu Siti Fatimah dan Tan Bun An. Konon, jika ada pasangan yang mengukir nama mereka di pohon tersebut maka hubungan mereka akan berlanjut sampai jenjang Pernikahan. Untuk itulah pulau ini juga disebut sebagai Pulau Jodoh.
Karena legenda itu pula, tidak kurang dari 70.000 pengunjung yang sebagian besar warga keturunan Tionghoa merayakan Cap Go Meh di tempat tersebut. Khususnya, kaum muda-mudi yang berharap akan mendapat keberuntungan bertemu jodoh. Seperti salah satu pengunjung dari Jambi, Susanto yang mengatakan, kisah atau cerita untuk dipertemukan dengan jodohnya, membuat dia datang ke kelenteng itu.
Pantangan
Ketua Panitia Penyelenggara Cap Go Meh 2015, Candra Husin mengatakan, tradisi mencari jodoh di balik perayaan Cap Go Meh sudah berlangsung sejak 300 tahun silam. Zaman dulu, lanjut Candra, anak perempuan tidak boleh keluar rumah. Hanya saat perayaan Cap Go Meh mereka baru diizinkan bertemu dengan anak laki-laki untuk saling mengenal.
Wah, apakah Anda jomblo? Tempat ini cukup rekomended bagi Anda yang saat ini masih jomblo alias belum menemukan jodoh yang sepadan.

Back To Top