Kawasan pegunungan Meratus sendiri
merupakan rumah bagi suku asli Dayak Meratus yang tinggal di rumah-rumah
tradisional atau dikenal dengan nama balai. Balai merupakan rumah
tradisional suku dayak terdiri dari sepuluh ruangan berukuran 3 sampai 4
meter yang dapat menampung hingga 10 keluarga. Saat ini, setidaknya ada
43 balai dapat ditemukan di 9 desa di Loksado dan yang paling terkenal
adalah Balai Hambawang Masam, Balai Adat Malaris, Balai Kacang Parang, dan Balai Haratai.
Walaupun sudah banyak suku Dayak yang
beralih tinggal di rumah modern namun demikian balai-balai ini masih
digunakan untuk berbagai kegiatan terutama ritual kepercayaan adat. Sama
seperti kebanyakan suku Dayak, Dayak Meratus menganut kepercayaan
turun-temurun yaitu Kaharingan yang berarti “kehidupan”. Sistem
kepercayaan ini meyakini konsep Dewa Agung yang menekankan keharmonisan
antara manusia dan alam serta antara manusia dan Tuhan.
Suku Dayak Meratus mempraktekkan ritual Aruh Ganal yang dilakukan secara besar-besaran. Ada tiga tahapan dalam ritual ini, pertama, Aruh Basambu (behuma/menugal) setelah tanam padi atau sekitar bulan Februari. Kedua,
Aruh Bawanang Halin yang dilakukan untuk merayakan musim panen pada
Juni. Terakhir adalah Aruh Bawan Banih Hanlin yaitu kegiatan penutupan
musim panen pada September. Ritual Aruh Ganal dapat ditemui di beberapa
desa seperti di Desa Haratai, Desa Muara Ulang, Desa Lahung, dan
lainnya.
Kebudayaan suku Dayak sama menariknya
dengan kemegahan alam Pegunungan Meratus itu sendiri. Pemandangan
lanskap yang subur dihiasi rangkaian air terjun, yaitu: Air terjun
Haratai, Ari terjun Riam Hanai, Air Terjun Kilat Api, Air Terjun Rampah
Menjagan, Air terjun Pemandian Anggang, dan Air terjun Tinggiran
Hayam.
Di Pegunungan Meratus juga terdapat
Sumber Air Panas Tanuhi dimana Anda bisa menikmati air panas segar
langsung dari alam. Hutan tropisnya sendiri memiliki flora mengagumkan
diantaranya kantong semar (Nepenthes distillatoria) dan anggrek meratus (Dendrobium hepaticum).
Salah satu keindahan di Loksado yang
tidak boleh terlewatkan adalah Sungai Amandit yang mengalir melewati
jantung hutan Pegunungan Meratus. Sungai yang memiliki air jernih dan
segar ini dihiasi bebatuan, anak sungai dan jembatan tradisional. Untuk
melengkapi semua keindahan ini, menaiki rakit bambu dan menelusuri
sepanjang aliran sungai akan memberikan sensai tersendiri.
0 comment:
Posting Komentar