Bali
di kenal dengan sebutan "Seribu Pura", memang betul karena Tuhannya
orang Bali bisa dekat dan bisa pula jauh. Dikatakan bisa jauh, karena
pada awalnya pemujaan berpusat pada Gunung Himalaya tempat berstananya
SIWA personifikasi Tuhan Yang Maha Esa. Karena terlampau jauh, Gunung
Himalaya didekatkan lagi ke Gunung Semeru, karena masih terasa jauh,
umat Hindu di Bali mendekatkannya lagi kepada Gunung Agung yang
tercermin dengan adanya Pura Besakih (Mother of temple) dimana di pura
tersebut terdapat Pura Pedarman yang terdiri dari berbagai sekte/klan
yang ada di Bali. Masih terasa jauh, didekatkan lagi dengan Pura
Kawitan, Pura Kayangan Tiga di desa pekraman masing masing, sampai
Sanggah Kemulan Taksu (Konsep Rong Tiga) di rumah masing-masing. Masih
terasa jauh, maka disetiap kamar terdapat 'Pelangkiran' tempat memuja
Tuhan, masih terasa jauh, orang Bali menemukan Tuhan di hatinya
masing-masing.
Inilah keunikan dan kelebihan Hindu Bali yang fleksible dalam menyikapi
perubahan. Filsafat orang Bali yang paling sering : "De ngaden awak
bisa, depang anake ngadanin" merupakan cerminan sikap rendah hati yang
tidak suka mengagung-agungkan kehebatan diri. Bairlah orang lain yang
menilai.
Tidak heran sampai saat ini, Bali dijadikan tumpuan harapan bagi kaum urban untuk mencari sesuap nasi. Berbagai suku bangsa, agama dan kepercayaan saat ini di Bali, namun Bali tetap aman walau sudah pernah jadi korna Bom para kaum fanatis radikal. Orang Bali tetap tersenyum dan introspeksi diri, mungkin ada kesalahan yangdibuat dimasa lampau yang harus ditebus sekarang ini.
Kembali ke Pura dimana disetiap pura terdapat bangunan yang disebut Padma Sana, merupakan simbol dari Lingga dan Yoni yang mencerminkan penciptaan. Lingga dan Yoni dapat disimbolkan sebagai laki-laki (Lingga) dan perempuan (Yoni). Didirikan dibagian Timur Laut di setiap bangunan bali sebagai pemujaan tehadap Sang Hyang Surya. Pemujaan di Bali dilakukan setiap hari setiap saat. Pemujaan disini lebih luas artinya dari pada sembahyang, dimana pemujaan juga berarti mengingat nama Tuhan. Oleh karenanya banyak cara yang dilakukan umat Hindu Bali untuk mengingat Tuhan. Dapat dilakukan dengan Bhakti, Karma (perbuatan), Jnana (pengetahuan) dan banyaka cara lainnya.
Dengan mengetahui cara orang berfikir, latar belakang dan masalah yang
dihadapi, diharapkan seseorang menjadi lebih bijak dalam mengambil
keputusan. Semoga tidak ada lagi kerusuhan yang diakibatkan masalah
agama, suku dan aliran kepercayaan, karena kita hidup di bumu yang sama,
dibawah matahari, bulan dan bintang yang sama. Kita semua bersaudara,
aku adalah kamu kamu adalah aku.
0 comment:
Posting Komentar