-->

Ada Taman Indonesia di Belgia dan Australia

Khusus bagi orang Indonesia yang tinggal di luar negeri atau kebetulan sedang berada di sana. Tak ada salahnya menyempatkan waktu sejenak untuk nostalgia atau sekedar melepas kangen akan kampung halaman di dua taman berikut ini.
Adalah Taman Indonesia namanya, taman ini merupakan taman yang sangat bertemakan Indonesia yang berada di  dua negara yaitu di Belgia dan Australia. Nah, kenapa hanya di dua negara tersebut dan tidak di negara lainnya? hmmm, jawaban terbaiknya mungkin bisa ditanyakan ke pihak-pihak yang terkait kenapa hanya di Belgia dan Australia saja ada Taman Indonesia. 
Ok, terlepas dari alasannya kenapa,  namun dengan adanya dua taman Indonesia  di dua negara tersebut menjadi semacam bukti pengakuan dan penghargaan bahwa Indonesia, dus kekayaan alam maupun budayanya berhasil memikat hati negara lain.
1.Taman Indonesia di Belgia
Taman di Belgia ini bernama The Kingdom Of Ganesha dan merupakan taman Indonesia satu-satunya di Eropa. Lokasinya berada di Parc Paradisio, Brugelette. Parc Paradisio ini adalah sebuah taman konservasi flora dan fauna yang dibangun sejak 2000 di tengah sisa bangunan chateau (kastil tua), dengan koleksi sekitar 1500 spesies tanaman dan 3500 spesies binatang.
Taman Indonesia sendiri luasnya mencapai 5 hektar dan di dalamnya banyak terdapat benda-benda yang sangat kental dengan Indonesia. Sebut saja,  Puri Agung Shanti Buwana yang ukurannya  sebesar ukuran sesungguhnya di Bali yang berdiri di atas sawah bertingkat ala sawah di Ubud. Selain itu juga ada replika besar candi Prambanan yang menjulang tinggi, serta bongkahan batu besar berderet ala Gunung Kawi di balik tembok candi.
Nah, di depan  gerbang tamannya sendiri ada Rumah Toraja, replika candi Borobudur dan di bagian belakang tampak rumah tradisional Nusa Tenggara Timur, berderet melingkari ujung taman. Sampai dengan beragam patung, akar pohon tua, dan batang kayu pohon besar, yang telah menjadi fosil dari daerah Banten. Tak hanya itu, nanti dalam perkembangannya taman indonesia juga akan dilengkapi dengan dengan gajah Sumatera.
Adanya taman ini adalah berkat kecintaan CEO Parc Paradiso yang bernama Eric Domb kepada Indonesia. Dia membangun kompleks ini dengan dibantu oleh para seniman yang khusus didatangkan dari Bali. Pun dengan 22 orang pekerja yang juga didatangkan  dari Bali dan Jawa Tengah. 
Untuk menjaga keaslian dan keindonesiaan, batu-batu untuk membangun pura besar dan seluruh lapisan jalan setapak berasal dari Indonesia. Totalnya ada sekitar 320 kontainer batu-batu candi diimpor dari lereng gunung Merapi Jawa Tengah.  Kerja keras membangun taman ini akhirnya terselaikan dua tahun kemudian sejak akhir 2006 kali pertamanya dibangun. Nah, pada saat peringatan 60 tahun dibukanya hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia, taman ini pun diresmikan oleh para pejabat dari kedua belah negara. 
Taman ini pun  tidak hanya menjadi pusat rekreasi yang menawarkan keakraban alam, manusia, dan kebudayaan, tetapi juga konservasi berkonsep moderen, yang mengibarkan promosi permanen bagi pariwisata, ekonomi dan investasi Indonesia di jantung Uni Eropa.
2.Taman Indonesia di Australia
Berbeda dengan Taman Nasional Kingdom of Ganesha, Taman Indonesia di Australia ini tidak berada di sebuah tempat konservasi, melainkan berada di sebuah kampus yang bernama Universitas Charles Darwin(CDU).
Taman Indonesia di Australia ini juga tidak sebesar taman yang ada di Belgia karena hanya  dilengkapi beberapa pohon khas Nusantara, sebuah rumah model Minahasa, Sulawesi Utara yang merupakan taman kedua di lingkungan CDU setelah Taman Republik Rakyat China. 
Selain itu juga terdapat patung "Garuda" dan "Saraswati" yang terletak  di depan kantor baru rektorat CDU. Patung "Garuda" disumbangkan maskapai penerbangan Garuda Indonesia, sedangkan patung perunggu "Saraswati" merupakan sumbangan Sultan Hamengku Buwono X yang dibuat oleh PT Studio Santiaji. 
Proses pembangunan Taman Indonesia memakan waktu selama tiga tahun. Lamanya pembuatan  lantaran ada hambatan dalam penyediaan dana pembuatan. Kendati begitu, taman ini pun rampung sepenuhnya pada tahun  Oktober 2009 ini. Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan di KBRI Canberra termasuk di antara pihak yang menyumbangkan dana bagi pembangunan taman yang akan mempertegas eksistensi Indonesia di negara bagian Northern Territory dan CDU. (berbagai sumber)

Tradisi Unik Pacu Itiak di Sumatera Barat


Jika di Probolinggo marmut menjadi bintang utamanya dalam Karapan Marmut, nah lain halnya di Sumatera Barat tepatnya di daerah Nagari Tanjung, Kecamata Luak, Kabupaten Limapuluhkota, Sumatera Barat. Pasalnya, disana ada tradisi masyarakat dimana seekor itik digunakan dalam sebuah lomba adu cepat yang namanya Pacu Itiak atau balapan itik. Di tradisi inilah itik menjadi bintang yang dielu-elukan untuk menjadi juara terdepan.
Anda pasti tahu dengan itik bukan? namun apakah semua itik bisa dilombakan dalam Pacu Itiak ini? dan ternyata jawabannya adalah tidak karena Itik yang digunakan dalam balapan ini bukanlah sembarang itik melainkan itik dengan kriteria khusus. Kriterianya pun macam-macam, mulai dari warna paruh dan kaki harus sama, mata dengan alis memiliki jarak yang tipis, leher pendek, sayapnya tidak boleh berpilin tetapi harus lurus dan mengarah ke atas, jumlah giginya ganjil, ujung jarinya ada sisik kecil, sampai dengan badan yang pajang (seperti jantung). Umur itik pun tak boleh tua yaitu harus berusia 4 sampai 6 bulan.
Jika Karapan Marmut, marmut dipaksa untuk berlari di tanah balap yan telah disediakan, di pacu itik, itik dipaksa terbang setelah dilepaskan untuk menuju garis finish. Itik memang dikenal sebagai hewan yang jarang terbang namun dalam perlombaan ini seperti membuktikan bahwa itik ternyata dapat terbang jauh. Jadi siapa yang mencapai garis finish duluan maka dialah yang menjadi juara. Itiak itu dipegang sedemikian rupa oleh para pemilik itiak untuk kemudian dilemparkan tinggi melambung ke udara. Setelah itiak dilepaskan, maka itiak-itiak tersebut akan terbang  menuju garis finish. 
Seperti halnya orang pacu lari, pacu itiak pun memiliki jarak terbang yang sudah dibuat dalam beberapa pilihan, yakni mulai dari 800 m hingga 2000 m. Penilaian dilakukan yakni dengan melihat itiak yang mampu terbang di atas jalur yang telah ditentukan dan mampu mencapai garis finish paling cepat. 
Sebagai catatan, Pacu itiak adalah olahraga tradisional asli Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat yang sudah dijadikan tradisi sejak tahun 1028. Pacu Itiak diklaim sebagai satu - satunya di dunia. Olahraga ini bermula dari masyarakat di kanagarian Aur Kuning, Sicincin, dan Padang Panjang yang memelihara itiak sambil bertani. Itiak tidak hidup di kandang saja melainkan di gembala di sawah-sawah mereka. (berbagai sumber)

Delapan Air Terjun Tertinggi di Indonesia

Dilihat dari pengertiannya dari air terjun ini adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Air terjun dapat berupa buatan yang biasa digunakan di taman. Beberapa air terjun terbentuk di lingkungan pegunungan yang terjadi erosi. 
Nah, di Indonesia ini ada beberapa air terjun yang memiliki ketinggian yang beragam dari yang paling tinggi sampai yang tidak terlalu tinggi. Tentu kesemua air terjun ini  memiliki keindahan dan karakteristiknya masing-masing.   Dimana sajakah air terjun itu berada, berikut adalah daftar delapan air terjun tertinggi di Indonesia berdasarkan ketinggiannya:

Air Terjun Sigura gura (250 meter)
Terletak sekitar 250 km dari Medan. Air terjun yang dihasilkan oleh sungai Asahan yang berasal dari Danau Toba ini memiliki ketinggian 250 meter.


Air Terjun Madakaripura (200 meter)
Air Terjun Madakaripura terletak di Kecamatan Lumbang, Probolinggo merupakan salah satu air terjun di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Air terjun ini dikenal sebagai tempat pertapaan Mahapatih Gajah Mada sebelum mengabdi di kerajaan Majapahit. Air terjun Madakaripura berbentuk ceruk yang dikelilingi bukit-bukit yang meneteskan air pada seluruh bidang tebingnya seperti layaknya sedang hujan, 3 di antaranya bahkan mengucur deras membentuk air terjun lagi.
sumber foto: www.roorey.multiply.com
Air Terjun Payakumbuh di Ngarai Harau (150 meter)
Air terjun ini terletak di Ngarai Harau, 35 km dari Bukittinggi. Berada di sela-sela perbukitan dan lembah harau terdapat sebuah jurang yang dalam dan sebuah air terjun yang sangat indah, bahkan kadang dipenuhi oleh sekumpulan kupu-kupu beterbangan, sehingga membuat air terjun ini merupakan kombinasi alam dengan pemandangan yang sangat indah.
sumber foto: www.x22-28x.blogspot.com
Air Terjun Sedudo (105 meter)
Air Terjun Sedudo terletak di Ngliman, kecamatan Sawahan. sekitar 30 km dari Nganjuk. Selain sebagai objek wisata, air terjun ini sering dijadikan tempat pelaksanaan Upacara Tradisional oleh masyarakat dan Pemerintah setempat. Hal ini semakin menambah daya tarik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Air Terjun Curug Citambur (100 meter)
Air terjun Citambur, sebuah air terjun yang tingginya sekitar 100 meter di Desa Karang Jaya, Kecamatan Pagelaran, Cianjur Selatan, Jawa Barat. Dikelilingi oleh hutan alami dengan pemandangan yang sangat indah menjadikan air terjun ini merupakan objek wisata yang eksotis.
sumber foto: www.hadisome.wordpress.com
Air Terjun Moramo (100 meter)
Terletak 65 km di sebelah timur Kendari, Air Terjun Moramo mudah diakses oleh mobil atau dengan perahu. Keunikan dari air terjun ini yakni memiliki tingkatan sebanyak 127 tingkatan setinggi 100 meter sepanjang 2 km diperbukitan dataran tinggi Sulawesi Tenggara. Dan dikelilingi oleh hutan alami yang menjadi tempat habitat asli Sulawesi Tenggara.
Air Terjun Curug Cimahi (85 meter)
Terletak di Desa Cisarua, sekitar 10 kilometer dari Cimahi, atau sekitar satu jam dari Bandung. Bagi warga sekitar yang ingin mencari hiburan alam dan menjauh dari hingar bingar kota metropolitan, air terjun ini merupakan tujuan wisata yang pas untuk mereka.
Air Terjun Grojogan Sewu (81 meter)
Air Terjun Grojogan Sewu ini terletak di kaki Gunung Lawu (2632 mdpl), 27 km dari Kab. Karang anyar, Jawa Tengah. Air terjun ini merupakan salah satu dari program wisata yang disebut "INTANPARI" (Industri Pertanian dan Pariwisata), air terjun ini memiliki ketinggian 81 meter diukur dari bawah ke atas. (berbagai sumber)

Ski Lot, Tradisi Main Ski Lumpur di Pasuruan


Satu lagi tradisi unik, kali ini yang berhubungan dengan ski, kalau biasanya ski itu identik dengan es, tapi tidak bagi penduduk desa Pantai Lekok, Pasuruan. Lho, kenapa? karena di sana ski malah identik dengan lumpur. Main ski di atas lumpur sudah merupakan atraksi tahunan yang biasa digelar setiap tahunnya bertepatan dengan hari raya Ketupat atau beberapa  hari setelah Idul Fitri.

Tradisi Ski Lot ini sudah turun temurun dilakukan oleh para nelayan di sana. Awalnya dari rutinitas para nelayan mencari kerang dan rajungan di laut dengan menggunakan papan. Nah, dalam perkembangannya apa yang dilakukan oleh para nelayan ini akhirnya menjadi semacam tradisi setiap tahunnya dan dapat disaksikan oleh para pengujung yang duduk di pinggiran arena ski.
Nama ski sendiri seperti yang kita ketahui artinya adalah berselancar, sedangkan lot merupakan kata dari bahasa Madura “Celot” atau lumpur maka jadilah perpaduan keduanya menjadi Ski Lot. Ski lot dilakukan di atas lumpur tambak yang dikosongkan, para pesertanya biasanya adalah pria dewasa namaun tak jarang pula wanita dan anak-anak  juga turut serta.
sumber foto:www.lk.umm.ac.id
Peralatan ski lot ini terdiri atas papan luncur yang panjnagnya 1.5 meter dan lebarnya 0,5 meter. Papan luncur ini sedianya merupakan alat untuk mencari kerang bagi warga pesisir pantai namaun telah modifikasi sedemkian rupa oleh para peserta. 
Dalam ski lot mereka harus menangkap kepiting, ikan lele dan belut dengan berselancar di atas lumpur. Peserta harus menaiki papan luncur dengan posisi jongkok dan sebelah kaki harus tetap berada di lumpur sebagai penggerak saat akan melaju. Siapa yang tercepat akan  keluar menjadi juara dan diberikan hadiahnya yang cukup menarik biasanya, yaitu peralatan elektronik dan julukan nelayan cekatan dan cakap saat bekerja.
Selain lomba luncur, kegiatan ski lot juga dimeriahkan dengan adanya pasar murah, attraksi organ tunggal dan pesta rakyat. Ski lot menjadi kegiatan yang ditunggu-tunggu bagi masyarakat sekitar karena menjadi ajang silaturahmi antar warganya. (berbagai sumber)

Objek Wisata, Dengan Nama Jenis Binatang

Tiga nama objek wisata di bawah ini sedikit berbeda dengan nama-nama pantai lainnya di Indonesia. Pasalnya, nama untuk ketiga objek wisara ini diambil dari nama tiga jenis hewan, yang pertama diambil dari nama anjing, yang satunya lagi dari nama tikus dan terakhir dari nama ular.
Yup, adalah Pulau Asu atau anjing yang berada di Nias, Pantai Tikus dan Pantai Tanjung Ular di Bangka Belitung dan Pantai Batu Ular yang berlokasi di JawaTimur. Kenapa sampai pantai itu dinamakan sama dengan nama hewan, tidak ada keterangan yang bisa menjelaskannya. Namun nama itu tidak lah berarti apa-apa dibanding dengan keindahan yang dimiliki oleh ketiga tempat objek wisata itu. Ingin mengetahuinya, cek tulisan singkatnya dibawah ini:
1.Pulau Asu
Pulau Asu ini merupakan salah salah satu pulau terpencil sekaligus pulau terluar yang berada di Kepulauan Hinako, Nias. Dengan luas yang yang mencapau 18 km, pulau ini cocok untuk beragam kegiatan dari sekedar berjemur di bawah sinar matahari, berenang keliling pulau, memancing dan yang lainnya.
Bagaimana dengan pantainya? Pantai dengan pasir putihnya siap untuk menyambut anda jika berada di sana.  Seperti yang penulis baca dari salah satu website soal travelling, asiknya  seperti yang dituliskannya,  jika berada disana ada baiknya jika menjelajahi pulau dengan mengitarinya dengan berjalan kaki mengikuti garis pantai. Jalan-jalan kecil menyusuri garis pantai.  
sumber foto:www.my.englishclub.com
 Jika merasa lelah, duduk-duduk di tepian pantai sambil menikmati alam sekitarnya merupakan pilihan yang tepat. Apalagi di saat senja datang, pemandangan akan semakain indah untuk dilihat. Pantai ini sangat cocok bagi anda yang ingin keluar dari rutinitas yang menyesakkan sangat di setiap harinya. Memang jauh lokasi jika anda berada di Jakarta karena pulau ini berada di Nias, namun Pulau ini telah dilengkapi dengan Cottage-cottage yang sederhana dengan harga sewa yang bervariasi tergantung dari jenisnya masing-masing.
Namun jika ingin kesana dari Bandara Polonia Medan gunakan pesawat munuju Bandara Binaka Gunung Sitoli, Kabupaten Nias. Dari sana lanjutkan perjalanan ke Sirombu, nah dari Sirombu barulah menuju ke Pulau Asu dengan menaiki kapal reguler dan boat dengan tarifnya yang tentu berbeda.
2. Pantai Tikus dan Pantai Tanjung Ular
Namanya sedikit aneh memang, Pantai Tikus? Bagaimana bisa pantai ini bernama pantai tikus, apakah banyak tikus yang hidup disana? Ataukah bagaimana? Sayang tak ada keterangan yang bisa menjelaskan bagaimana ceritanya pantai ini bisa bernama Pantai Tikus.
sumber foto:www.javatour-visitindonesian.blogspot.com
Tapi terlepas dari namanya itu, ternyata pantai yang berada di Desa Rebo Kelurahan Kenanga, Kecamatan Sungai Liat, Bangka Belitung ini  menawarkan pemandangan alam pantai yang cukup indah dan menarik untuk dikunjungi.  Pantainya ini didampingi oleh bukit terjal dan dihiasi oleh pasir putih serta hamparan bebatuan besar dalam berbagai bentuk, warna dan formasinya.
Masih di Bangka, selain Panttai Tikus disana juga terdapat Pantai Tanjung Ular. Nama pantainya sendiri diambil dari keadaan geografis dari pantainya itu sendiri yang panjangnya berliku-liku sampai 5 Km bagaikan ular. Nah, karena pantainya panjang maka dinamakan Pantai Tanjung Ular.
Apa yang saja menarik di pantai ini? dari beberapa keterangan yang ada menyebutkan keindahan Pantai Tanjung Ular ini terletak di pasir pantainya yang berwarna kekuningan dan batu karang berwarnanya yang cerah. Selain itu pantai ini juga memiliki batu karang berupa granit, yang mana batu karang jenis ini tak banyak di jumpai di pantai-pantai di Indonesia. Ingin berenang dan snorkling? Tak ada salahnya karena air pantainya jernih dan bentuk pantainya pun landai jadi asik untuk berenang di sana. Ekosistem lautnya masih terjaga sehingga banyak terumbu karang dan ikan yang dapat terlihat di sana.
sumber foto:www.tourbangka.com
Nah yang jadi sedikit masalah, mengutip sedikit dari laman travelling, untuk trasnportasi ke daerah ini memerlukan sedikit biaya esktra dan harus mengunakan jasa persewaan kendaraan bermotor yang paham dengan lokasi pantai. Jarak tempuhnya sekitar 10 Km dari kota Mentok melewati beberapa perkampungan melayu, tionghoa dan melewati sebuah bukit bernama Bukit Menumbing. Untuk menuju ke kota Mentoknya sendiri bisa dari pelabuhan Palembang, butuh waktu kurang lebih 3 jam dari pelabuhan Palembang ke Pantai Tanjung Ular.
Anda bisa menuju pantai ini dengan menempuh setidaknya 10 kilometer lebih dari kota Mentok dengan cara melewati beberapa perkampungan. Di sini perkampungan yang akan Anda lewati adalah perkampungan orang Melayu dan Tionghoa. Anda juga akan melewati sebuah bukit yang dinamakan Bukit Menumbing. Menurut cerita orang-orang sekitar, bukit inilah yang menjadi tempat presiden pertama republik Indonesia diasingkan pada masa penjajahan Belanda.
3. Pantai Batu Ular
 Di Jember juga mempunyai pantai dengan nama jenis hewan, yaitu Pantai Batu Ular atau Pantai Watu Ulo. Kenapa dinakaman sebagai Pantai Batu Ular? Penamaannya tak terlepas dari cerita rakyat soal pertarungan antara manusia dengan seekor ular besar yang akhirnya dimenangkan oleh manusia. Batu-batu karang yang terhampar di sana itulah konon menurut cerita itu merupakan wujud dari ular yang dikalahkannya. Pantai ini terletak di pantai selatan Jawa Timur, tepatnya di desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember. Jaraknya dari Jember sekitar 40 Km.(berbagai sumber)
sumber foto:www.ristizona.com

3 Tradisi Unik di Indonesia



Harus diakui memang Indonesia negeri yang kaya akan adat istiadat pun tradisi masyarakatnya yang beraneka ragam. Hampir sebagian besar daerah-daerah di Indonesia mempunyai tradisi masyarakat dan kesemuanya mempunyai keunikannya masing-masing. Seperti tiga tradisi unik dibawah ini:
1. Tradisi Adu Betis 
Anda yang merasa betisnya kuat, sepertinya harus mengikuti tradisi unik yang satu ini. Ya tradisi adu betis yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Paroto, Desa Samaelo, Bone. Kesannya memang tradisi yang sedikit “aneh”, kok betis diadu?. Namun bagi masyrakat dusun itu, tradisi ini yang dinamakan Mallanca ini sudah dilakukan sejak beratus-ratus tahun lalu, jadi bukanlah hal yang baru dan mereka masih tetap melakukannya sampai sekarang ini.
sumber foto: www.yiela.com
Tradisi ini biasa dilakukan setiap mereka selesai memanen padi. Sebelum permainan ini dimulai, kaum ibu terlebih dahulu menyajikan makaan yang dibawa dari tumah untuk disantap bersama-sama oleh para peserta Mallanca dan penonton.
Setelah menyantap bersama barulah tradisi  ini digelar. Para peserta maju untuk menunjukkan kekuatan betisnya. Aturan permainan adalah sekali putaran diikuti empat orang dengan dua orang lawan dua. Dua orang yang memasang kaki dan dua orang lainnya yang melakukan sepakan. Sepakan pada betis ini dilakukan hingga tiga kali secara bergantian.
Aturan permainan tersebut adalah dalam sekali putaran diikuti empat orang yang masing-masing dua lawan dua. Dua orang yang memasang kaki dan dua orang lainnya yang melakukan sepakan. Sepakan pada betis ini dilakukan hingga tiga kali secara bergantian. Tak pelak, banyak dari peserta pun harus meringis kesakitan betisnya merah-merah.
Namun namanya tradisi turun temurun, ajang ini dilakukan untuk mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi warga kampung sekalian mengindari ras permusuhan. Maka tak jarang walau para peserta betisnya merah-merah lantaran disepak, tak ada rasa dendam di antara mereka. Permainan ini menjadi pertunjukan tersendiri yang cukup disenangi bukan hanya kaum tua, tetapi juga menarik perhatian anak-anak dan kaum hawa.
2.Karapan Marmut
Karapan yang satu ini jelas lain dari yang biasanya, jika kita mengenal karapan itu identik dengan karapan sapi atau kerbau di Madura. Nah, di daerah Probolinggo ada karapan yang namanya Karapan Marmut. Yup, marmut yang di “karapankan” bukan lah sapi atau pun kerbau.
Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat sana dalam menyambut datangnya musim kemarau. Tak ubahnya dengan karapn pada umumnya, karapan marmut ini pun lengkap dengan sirkuit, joki dan pengibar bendera untuk memulai balapan. Aturannya pun sama, yaitu siapa yang paling cepat masuk garis finish, dialah yang menang.
Nah, bedanya jika arena balap karapan sapi atau kerbau itu ukurannya besar dan joki menaiki sapi atau kerbaunya. Lain halnya dengan karapan marmut ini, karena sirkuitnya hanya berukuran 2 meter dan kecil ukurannya dan bisanya dilakukan di lakukan di halaman rumah warga setempat. Para jokinya pun berlari di belakang sambil memacu marmut itu  untuk berlari menuju garis finish. Tak jarang marmut yang dipacu dama karapan itu telah diberikan semacam ramuan khusus, bahkan tenaga dalam oleh sang punya. 
3. Ritual Tawur Nasi
Tawuran yang satu ini mungkin patut dicoba oleh para pelajar yang suka tawuran. Pasalnya, jenis tawuran ini sudah pasti tidak akan menghilangkan nyawa orang lain seperti yang baru-baru ini terjadi karena tawuran ini tidak menggunakan senjata macam melainkan nasi. 
sumber foto:kimchiconqueso.com
Ya, nasi, seperti yang diketahui nasi ini adalah makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh kita, namun ada kalanya bagi masyarakat desa Pelemsari, Rembang, Jateng, nasi ini justru digunakan untuk tawuran dalam ritual setiap tahun masyarakat desa pada setiap jumat legi seusai Lebaran.
Jadi, nasi bungkus yang digunakan dibungkus terlebih dahulu oleh daun pisang dan jati oleh para peserta tawuran. Lalu ditumpuk di tengah lapangan tempat ritual dilangsungkan. Lantas warga mengitari nasi-nasi itu dan kemudian diberikan doa-doa oleh para sesepuh desa setempat. Nah, setelah ritual doa  itu selesai mulailah perang nasi dilakukan, masyarakat dari kalangan anak-anak, remaja, orang dewasa, pun campur aduk saling melemparkan nasi.
Tradisi tawur pakai nasi ini sudah dilakukan selama belasan tahun untuk menjalin keakraban dan persaudaraan antar warga kampung, sekaligus mengurangi kenakalan remaja. Selain itu ritual dilaksanakan  sebagai bentuk rasa bersyukur atas panen yang melimpah di acara ini. Di ritual ini semua unek-unek peserta dapat terlampiaskan secara positif.
Usai tawur nasi, bukan berarti nasi bekas tawur itu dibiarkan begitu saja oleh warga desa. Tumpukan nasi yang berserakan itu lantas dipunguti oleh warga dan digunakan untuk pakan ternak dan unggas yang dipelihara oleh warga. (berbagai sumber)

Bergoyang Lidah bersama Nasi Uduk Bakar dan Nasi Uduk Rasa Pandan

Sarapan pagi dengan nasi uduk plus gorengan dan sambalnya, mungkin banyak dilakukan oleh anda. Begitu sederhana dengan apa yang menjadi komposisinya yaitu berupa gorengan, telur jika ada, sedikit sambal, kerupuk dan mie bihun. 


Yup, makanan yang satu ini selain murah meriah, juga banyak ditemukan dimana saja dan begitu familiarnya. Anda yang tinggal di kompleks perumahan, tinggal di sebuah perkampungan ,warung nasi uduk ala kadarnya pasti dapat ditemui.
Nah sekarang bagaimana jika anda ingin menyantap nasi uduk yang lain dari biasanya? Apakah ada nasi uduk yang berbeda dengan nasi uduk yang biasa dimakan? Lantas jika ada, dimana keberadaan warung nasi uduknya?  Dibawah ini ada ulasan singkat mengenai varian baru dari nasi uduk.

1.Nasi Uduk Bakar
Tidak jauh berbeda dengan nasi uduk pada umumnya, perbedaan nasi uduk jenis ini hanya dari penyajiannya yang harus dibakar terlebih dahulu.  Jika biasanya kita menyantap nasi uduk dalam bungkusan kertas coklat yang terkadang dibalut dengan kertas koran setelah kita memasannya, nah  nasi uduk bakar ini disajikan dengan memakai daun pisang.
Jadi setelah anda memesan nasi uduk yang diinginkan, tunggulah sebentar nasi dan ayam dibakar terlebih dahulu. Setelah bumbu ayam bakar masak dan matang,  nasi uduk yang dibungkus daun pun siap disajikan dengan bakaran daun pisang.
sumber foto: www.radarsukabumi.com
Nasi uduk ini dapat anda santap jika anda kebetulan berada di Jombang, Jawa Timur, dekat dengan tempat pemakaman mantan pressiden keempat RI, Abdurahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. Lokasi warungnya di pinggiran jalan dan berjarak kurang lebih 300 meter ke utara dari lokasi makam. Soal harga, nasi uduk ini cukup bersahabat dan tergantung dari menu yang anda pilih, jika memilih menu pelengkap ayam misalnya, harga pun akan berbeda jika anda memilih tempe atau hanya nasi uduk biasa. Jadi semua tergantung dari menu yang anda akan pilih.
Selain di Jombang, nasi uduk bakar juga dapat temui di jalan Juanda di daerah Cianjur. Penyajian nasi uduk bakar di Cianjur ini hampir sama dengan nasi uduk bakar di Jombang, yaitu sama-sama menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya. Untuk lauk pauknya tersedia telur balado, perkedel, bihun goreng, tahu serta tempe balado, ditambah sambal oncom. Untuk harga seporsinya, nasi uduk bakar ini tidak akan membuat kantong anda langsung kering alias harganya cukup terjangkau.
2. Nasi Uduk Rasa Pandan
Nasi uduk warnanya hijau? Sangat unik seperti yang diketahui nasi uduk biasanya berwarna putih, tetapi nasi uduk ini berwarna hijau, mungkin hanya rumah makan milik Harry di KH Mochammad Mansyur, Jembatan Lima, Jakarta saja yang menyediakan nasi uduk seperti ini.
Rumah makannya sederhana tetapi menyediakan menu yang tidak biasa. Nampak etalase hidangan yang di susun secara rapi . Di dalam ruangan seluas  8 meter x 10 meter terdapat tujuh meja berjajar rapi yang masing-masingnya dapat menampung empat orang.
Nasi uduknya lantas kenapa bisa berwarna hijau? Harry sang mpunya rumah wakan ternyata menggunakan pewarna alami dari daun pandan hijau, oleh karena itu nasi uduknya jadi berwarna kehijauaan. Untuk sajian pelengkap nasi uduk rasa pandan disediakan pula panganan seperti ayam bumbu rujak bakar, cumi bakar yang ditusuk dengan kayu, tempe bakar dengan bumbunya yang khas dan sayur asem.
Bagaimana dengan harganya? Setali tiga keping dengan nasi uduk bakar di atas, harganya tidak sampai membuat kita mengernyitkan dahi alias ramah di kantong dan tidak membuat cekak isi dompet di kantong. Jam buka rumah makan sehari-hari mulai pukul 10.00 sampai dengan malam hari pukul 22.00 WIB.  (berbagai sumber)

Ekowisata di Penangkaran Buaya

Merangsang  adrenalin agar memuncak tidak harus selamanya menguras keringat dengan berbagai macam aktivitas, seperti panjat tebing,  diving atau yang lainnya. Ada kalanya adrenalin juga dapat dibangkitkan di saat kita melihat sesuatu yang liar, seram sekaligus buas atau pun yang merangsang bulu kuduk untuk berdiri, ya contohnya melihat buaya-buaya yang ditangkarkan.

Mungkin di benak anda bertanya, apa menarik dan asiknya melihat buaya-buaya, bukankah itu cukup membosankan, adrenalin? bagaimana bisa dibangkitkan? memang binatang karnivora yang sebagian besarnya hidup di rawa-rawa dan sungai ini sekilas pasif dan hanya berdiam diri saja di dalam air atau pinggiran kolam penangkaran. Namun siapa sangka, dibalik sikapnya yang cenderung “pendiam” itu mereka dapat bergerak agresif jika perutnya sedang keroncongan alias lapar.
sumber foto: www.desibucket.com
Di beberapa tempat wisata penangkaran buaya tak jarang menawarkan fasilitas memberi makan  para buaya-buaya itu kepada anda dan anda pun dapat melihat buaya-buaya itu saling bergulingan atau berebut dengan liarnya demi sebongkah daging atau seekor ayam untuk memuaskan rasa laparnya.   
Selain itu buaya di tempat penangkaran berbeda dengan buaya yang biasa anda temukan di kebun binatang. Perbedaan itu jelas terlihat dari banyaknya jumlah buaya-buaya itu ada karena biasauya di tempat penangkaran jumlah buayanya terbilang lebih banyak bahkan sampai ada yang ribuan. Bayangkan jika anda dapat melihat jumlah buaya yang sedemikian banyaknya, suatu hal yang berbeda bukan? Nah, sekarang dimana sajakah kita dapat melihat buaya-buaya itu ditangkarkan dengan cara yang aman pastinya.
1.Penangkaran Buaya Teritip Balikpapan
Menempati lahan seluas 5 hektar di desa Tritip, Balikpapan, di tempat penangkaran ini anda dapat menemukan berbagai ribuan buaya dari yang ukuran paling kecil sampai yang paling besar. Buaya-buaya itu berada di puluhan kandang yang diklasifikasikan dalam empat jenis, yaitu kandang anak buaya, kandang untuk buaya muda, kandang dewasa, dan kandang untuk menimbang berat badan buaya.

sumber foto: www.surgaparawisata.blogspot.com
Rata-rata buaya yang ada di tempat penangkarang ini adalah buaya berjenis buaya muara. Selain itu terdapat pula Buaya Air Tawar (Crocodylus Siamensis) dan Buaya Supit (Tomistoma segelly). Ingin mengetahui seluk beluk kehidupan atau jenis buaya-buaya disini, tingal tanyakan saja ke pemandu setempat yang akan menjelaskan kepada anda tentang kehidupan buaya mulai telur sampai berkembang menjadi buaya dewasa.
Fasilitas dan Atraksi
Atraksi yang ditawarkan oleh penangkaran yang telah beroperasi tahun 1991 ini adalah atraksi memberi makan buaya-buaya. Cukup merogoh kantong Rp 10.000 untuk membeli seekor ayam hidup dan anda akan memberi makan langsung kepada buaya-buaya itu.  Tak cukup memberi satu, anda pun dapat membeli lagi ayam-ayam hidup tersebut.
Tak hanya itu, sajian bercita rasa buaya juga di sajikan di restoran-restoran yang banyak berdiri di sekitar areal tersebut. Anda dapat mencicipi sate rasa buaya, abon, dan kerupuk yang terbuat dari daging buaya. Ada juga obat kuat yang terbuat dari tangkur dan pil empedu. Selain itu, Anda bisa menemukan banyak kerajinan dan aksesoris dari kulit buaya, seperti tas, dompet, ikat pinggang, dan lain-lain.
Lokasi
Penangkaran Buaya Balikpapan berlokasi di Desa Teritip, Balikpapan, Kalimantan Timur. Jaraknya  sekitar 27 kilometer dari pusat kota  dan bisa ditempuh  30 menit menggunakan mobil, serta hanya 20 menit dari Bandara Sepinggan. Taksi bandara, maupun angkutan kota,  dapat mengantarkan ke sana setiap saat
Objek wisata ini di saat weekend maupun hari libur nasional banyak dikunjungi oleh pengunjung dari berbagai kota di sekitar Balikpapan. Tak hanya itu turis mancanegara pun tak segan mengunjungi objek wisata ini
2. Penangkaran Buaya Medan
Dengan jumlah buaya yang mencapai kurang lebih 2800 ekor, penangkaran buaya di Medan ini dikatakan sebagai penangkaran buaya salah satu yang paling besar di Asia. Luasnya mencapai satu hektar dengan 78 bak penangkaran yang  dihuni oleh beragam jenis buaya dengan umurnya masing-masing.
sumberf foto:www.efenerr.wordpress.com
Tempat penangkaran ini dikelola di dalam rumah penduduk biasa yang cukup sederhana sebagaimana sederhananya rumah tangga Lo Than Muk bersama isterinya Lim Hiu Cu dengan dua anaknya Robert Lo (30) dan Robin (28).
Lo Than Muk, sang pemilik tempat penangkaran ini tidak pernah menyangka  penangkaran buayanya berkembang menjadi 2.800 ekor. Awalnya dia hanya iseng memelihara buaya kecil 12 ekor yang didapat dari sungai-sungai yang ada di Kota Medan. Dari situ kemudian buayanya terus berkembang biak dan akhirnya dia buka penangkaran 1959 dan sempat tenar sebelum tahun 1998 sebagai objek wisata andalan Kota Medan.
Fasilitas dan Atraksi
Sama seperti penangkaran buaya di Balikpapan, di  tempat ini cukup hanya merogoh Rp.30.000 untuk membeli pakan yang telah disiapkan oleh pemilik dan anda bisa memberi makan langsung ke buaya-buaya tersebut. Selain itu Anda pun dapat menikmati suasana pemberian makan buaya yang dilakukan satu kali dalam sehari pada pukul 17.00 WIB. Nah, jika anda berminat, anda pun dapat menyaksikan seorang pawang yang akan melakukan atraksi buaya bersama seekor kera dengan hanya membayar Rp.50.000
Lokasi
Penangkaran Buaya ini terletak di  Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang di Jalan Bunga Raya II Kota Medan, Sumatera Utara. Biaya masuknya cukup murah hanya Rp 5000 bagi orang dewasa dan Rp 3000 bagi anak-anak. (berbagai sumber)

Taman Batu Natuna

Taman yang terletak di Natuna, Kepulauan Riau ini memang lain daripada yang lainnya. Bukanlah taman seperti kebanyakan taman lainnya yang selalau dihiasi oleh tanaman-tanaman cantik yang memanjakan mata. Bukan pula sebuah taman bunga seperti Royal Botanic di Inggris yang mempunyai koleksi tanaman terbesar di dunia atau pun The Skagit Valley di Amerika yang masuk dalam daftar 100 tempat yang harus anda kunjungi sebelum meninggal.

Batu Megalitik

Yup, Alif Stone Park nama tamannya, taman ini memang berbeda karena hanya diisi bongkahan batu-batu besar yang pinggiran pantai Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur bukan seperti taman-taman di atas. Walaupun taman itu hanya ada bongkahan batu-batu purba atau Megalitik yang tidak diketahui asal muasalnya alias masih teka-teki, tetapi jumlahnya bukan main banyaknya.
sumber foto:www.natuna-tourism.blogspot.com
Dengan luasnya yang mencapai tiga hektar ini, hamparan batu-batu besar berwarna putih itu saling tindih menindih antara satu dengan yang lainnya. Berjejeran dan membentuk sebuah pemandangan yang cantik dan menawan, terlebih lagi jika dipadukan dengan pasir putih dan air laut sekitarnya yng jernih.
Bayangkan saja Anda berdiri disana di antara bongkahan batu yang besarnya jelas lebih besar daripada Anda, tentu hal yang sangat menakjubkan.. Anda bisa bersantai sambil duduk duduk di bebatuan menikmati sunset, dan juga bisa dengan leluasa memilih lokasi bersantai di celah-celah batu untuk berendam. Air laut di lokasi sangat jernih sehingga bisa melihat ikan ikan kecil atau ikan hias berwarna warni serta terumbu karang dengan mata telanjang. 

Di kompleks Alif Stone Park, pihak pengelola telah membangun jalan atau jembatan (titian) yang menghubungkan antara batu yang satu dengan batu yang lainnya. Lebarnya sekitar satu meter dimana bagian kanan kirinya berhias pot-pot bunga yang warna-warni. Jembatan itu dibuat selain untuk memperindah pemandangan juga dimaksudkan untuk mempermudah pengunjung berjalan-jalan di atasnya sambil mengeksplorasi keseluruhan lokasi taman.
Penduduk sekitar menamakan tempat ini sebagai Batu Alif karena diantara bebatuan itu ada sebuah  batu bergaris putih yang letaknya paling tinggi diantara batu lainnya.  Batu bergaris putih itu menyerupai huruf alif dalam bahasa Arab. Oleh karena itu penduduk sekitar memberi nama tempat ini sebagai batu alif yang kemudian berubah menjadi Taman Batu Alif.
Alif Stone Park sekarang ini merupakan salah satu objek wisata unggulan di Natuna, Kepulauan Riau. Pemerintah daerah setempat dalam rangka mendorong agar banyak wisatawan berkunjung kesana telah melakukan berbagai upaya, seperti membangun homestay, akses jalan, dan fasilitas pendukungnya.

Oh iya, tak ketinggalan di kompleks bebatuan ini juga bisa di saksikan kerangka Hiu yang berada di dalam area pengelola.Kerangka hiu itu diperoleh dari pantai Sujung, tempat hiu itu terdampar sekitar tahun 2002 silam 

Lokasi Taman Batu Natuna
Bagaimana caranya kesana? hal pertama yang harus dilakukan adalah Anda harus berada di Natuna terlebih dahulu. Lokasi ini sudah terkenal di wilayah itu jadi tidak ada kendala yang berarti jika anda sudah berada di sana. Selain itu lokasi taman mudah dicapai karena hanya berjarak kurang dari tiga kilo meter dari Ibu Kota Natuna, yaitu Ranai atau sekitar 15 menit perjalanan. Lokasi juga mudah dicapai oleh seluruh alat transportasi karena infrastruktur jalannya cukup tersedia.
Berbicara mengenai batu-batu besar di pinggiran pantai, selain di Natuna batu besar itu juga dapat dijumpai di beberapa tempat. Sebut saja di Yeliu Geopark yang berada di Taiwan. Di tempat ini seluruh permukaan pantainya dipenuhi oleh bebatuan dengan beragam ukuran yang terbentuk karena angin dan erosi laut selama ratusan bahkan ribuan tahun. 

Selain itu batu-batu  besar juga dapat dijumpai di BangkaBelitung, tepatnya di Pantai Tanjung Kelayang. Di pantai ini tersebar batu-batu granit yang jumlahnya mencapai ratusan. Nama pantainya sendiri terinspirasi dengan batu granit besar yang bentuknya seperti burung Kalayang yang banyak dijumpai di pantai ini. (berbagai sumber)

Festival Menangkap “Nyale” di Lombok

Lombok memang kaya akan kekayaan alamnya yang esksotis. Anda pastilah tahu Gili Trawangan bukan? ya sebuah destinasi wisata utama yang menawarkan sejuta sensasi di Lombok, mulai dari pesona keindahan alam bawah laut sampai dengan ombaknya yang  menggoda hati untuk segera berselancar ketika di sana.

Akan tetapi Lombok tak hanya dikenal dengan eksotisme keindahan alamnya saja, lantaran Lombok juga dikenal dengan pulau yang banyak menyelenggarakan berbagai macam festival yang didasarkan pada tradisi masyarakatnya. Sebut saja Festival Bau Nyale yang diselenggarakan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama yang biasanya jatuh pada sekitar bulan Februari atau Maret.
sumber foto: www.lomboklovers.aforumfree.com
Festival ini diadakan tepat di 16 titik Pantai Selatan Lombok Tengah yang memanjang sejauh puluhan kilometer dari arah Timur hingga barat seperti di Pantai Kaliantan, Pantai Kuta atau Pantai Selong Belanak.

Festival Bau Nyale pada dasarnya adalah ritual menangkap cacing laut yang biasanya keluar di daerah pantai Kuta. Cacing-cacing yang berwarna hijau, coklat, oranye hingga merah itu akan keluar pada tengah malam hingga pagi hari ketika pesisir laut mulai surut. Nyale sendiri berasal dari nama sejenis cacing laut yang biasa hidup di dasar laut atau lubang-lubang batu karang. 
www.lomboklovers.aforumfree.com
Nah, biasanya sebelum perayaan inti dari festival biasanya digelar beberapa kesenian dan acara tradisional seperti  Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata kepada kekasih) serta Belancara (pesiar dengan perahu. Tak ketinggalan digelar pula pementasan drama yang diangkat dari kisah Putri Mandalika.
Kisah Putri Mandalika
Tradisi Nyale erat kaitannya dengan Putri Mandalika, tetapi siapakah Putri Mandalika itu sebenarnya? Putri ini menurut cerita masyarakat setempat Nyale adalah jelmaan dari rambut Putri Mandalika. Putri Mandalika  adalah seorang putri cantik yang arif sekaligus bijaksana dari seorang raja yang pernah memerintah di Pulau Lombok.
Cantiknya putri itu memukau banyak pangeran dan banyak dair mereka ingin meminangnya.  Saking baiknya, tak ada satu pun pangeran yang ditolaknya  ketika datang untuk melamarnya. Namun hal ini jusru menimbulkan kekisruhan yang berujung pada peperangan di antara pangeran-pangeran itu karena antara satu dengan yang lainnya ingin memiliki dirinya. Kontan, Putri Mandalika pun berpikir bagaimana caranya mengatasi ini semua.
Hingga datanglah acara yang dihadiri oleh para pangeran-pangeran itu.  Dalam suatu kesempatan Putri berorasi di hadapan kerumunan “Wahai, Ayahanda dan Ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai! Setelah aku pikirkan dengan matang, aku memutuskan bahwa diriku untuk kalian semua. Aku tidak dapat memilih satu di antara banyak pangeran. Diriku telah ditakdirkan menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan.”
 
Putri Mandalika pun memutuskan untuk menceburkan diri ke Pantai Selatan mengorbankan jiwa raganya agar peperangan itu tidak terjadi. Nah, setelah kejadian tersebut, setiap tahunnya munculah Nyale yang dipercaya sebagai jelmaan dari rambut Putri Mandalika.
Nyale kaya Protein
Setelah puncak festival Nyale digelar, warga yang berhasil mengangkap nyale kemudian mengkonsumsinya alias memasak nyale-nyale itu untuk dimakan bersama-sama. Menurut penelitian, Nyale yang ditangkap itu ternyata baik dikonsumsi oleh manusia karena kaya akan protein dan terbukti mengeluarkan zat-zat yang dapat membunuh kuman-kuman. (berbagai sumber)

Satu tahun lebih muda di Air Terjun Benang Kelambu?

Mungkin jika benar air terjun di Lombok ini membuat orang menjadi lebih muda setahun, tak bisa dibayangkan berapa banyak orang-orang akan pergi ke sana dan mencobanya. Yah, sekali lagi namanya mitos terserah anda sekali lagi untuk mempercayainya.

Mitos ini bukanlah sesuatu yang aneh jikalau kita berbicara mengenai tempat-tempat wisata di Indonesia contohnya Kolam Narmada di Lombok, Air Terjun Tiu Kelep, Air Terjun Tirtosari dan air terjun lainnya  . Justru dengan hadirnya mitos tersebut seakan-akan menambah cerita tersendiri bagi tempat wisata itu selain keindahan alamnya tentu saja. 
sumber foto:www.uun-halimah.blogspot.com
Contohnya jika teman anda pergi ke suatu tempat tertentu yang belum pernah anda kunjungi sebelumnya, pastilah dia akan bercerita bercerita panjang lebar mengenai tempat itu. Tambah semangat jika teman anda sendiri belum pernah kesana. 

Mitos Setahun Lebih Muda
Ya, dalam kisahnya pun terkadang terselip cerita-cerita di luar dari apa yang ada dilihat oleh matanya, termasuk cerita mitos atau dongeng dari tempat yang dikujunginya. Reaksi anda sudah tentu pasti akan penasaran dibuatnya. Anda yang skeptis mungkin akan menyisihkan waktu di antara jam sibuk anda dan pergi kesana di saat weakend.
Kembali lagi ke Lombok, air terjun yang konon katanya dapat menambah setahun umur kita ini bernama Air Terjun Benang Kelambu yang berada di daerah Kabupaten Lombok Tengah bagian utara atau tepatnya di Dusun Pemotoh Desa Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara
Aliran air terjun ini Air Terjun Benang Kelambu ini bersumber langsung dari sumber mata air Danau Segara Anak yang ada di Gunung Rinjani dan letak air terjun ada bagian atas hulu air terjun Benang Stokel. Air itu mengalir keluar dari sela-sela pohon dengan enam deret titik air yang terciurah dari atas bukit mirip dengan kelambu. 
sumber foto: www.indo-lokal.com/
Aliran air terjun yang  memiliki ketinggian 35 meter ini jatuh tidak langsung ke dasar, tetapi akan jatuh pada tingkatan kedua di bagian atas yang berupa sebuah kolam yang bentuknya dari lempengan batu cadas. Dan setelah itu aliran air ini melewati beberapa susunan lempengan batu tersebut barulah akhirnya aliran air ini jatuh mencapai kolam yang ada di dasar. 
Lokasi Air Terjun Benang Kelambu
Bagaimana caranya kesana? pertama anda harus ada di Lombok terlebih dahulu dan kota Mataram selanjutnya. Lokasinya dari kota Mataram Lombok Barat adalah sekitar 42 Km atau sekitar 25 Km dari kota Praya Lombok Tengah
Untuk menuju lokasi ini dari Mataram, anda  dapat menempuhnya dari kota Mataram selama 45 menit dengan menggunakan kendaraan melalui Narmada, Desa Pancar Dao, dan Pasar Teratak. Akses menuju lokasi dapat dilewati oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Setelah tiba di tempat parkir, Anda dapat melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak di tengah hutan hingga tiba di lokasi. (berbagai sumber)

Melihat Api Abadi Bekucuk dan Api Tak Kunjung Padam

Pernahkah dalam suatu perjalanan anda melihat di pinggiran jalan atau tempat tertentu sebuah api yang tak pernah padam. Ya, api yang dapat terus menyala, bahkan air hujan pun tak sanggup untuk memadamkannya. Bukan sembarang api yang berkorbar karena ada sesuatu yang terbakar, melainkan  keluar dan membara karena adanya kekuatan gas bumi yang membuatnya terus menyala. 
Keajaiban sekaligus kekayaan alam Indonesia bukan? Nah Jika anda belum pernah melihatnya, ada baiknya jika anda berkunjung ke beberapa tempat wisata di bawah ini yang menawarkan sesuatu yang bernama  api abadi alias api yang tak pernah padam. Tapi ingat jaga jarak dengan aman dan jauhkan tangan anda jika tak ingin terbakar.
1.Api Abadi Bekucuk
Bekucuk, nama yang sangat lucu untuk sebuah tempat wisata. Tapi apalah artinya sebuah nama, karena sumber api yang diketemukan pada tahun 1993 ini merupakan api  yang berkorbar dari sebuah sumur di dusun Bekucuk, desa Tempuran, Mojokerto
Baik desa maupun semburan apinya itu mempunyai cerita yang berhubungan dengan kerajaan Majapahit. Desa Tempuran, kenapa desa itu dinamakan desa tempuran? karena menurut cerita penduduk setempat, konon desa itu dulunya dijadikan tempat untuk bertempur pada zaman Majapahit. Sehingga dinamai sebagai Desa Tempuran oleh masyarakat setempat. 
Nah, kalau semburan apinya sendiri konon sudah berkorbar pada zaman kerajaan Majapahit, berarti sekitar ratusan tahun lalu.  Panasnya api itu digunakan oleh ahli tempa dari kerajan Majapahit untuk pembuatan keris dan peralatan kerajaan. Selain adanya sumur api, di sekitaran lokasi juga terdapat makam kuno seorang sepuh yang dikeramatkan oleh masyarakat. Pada hari-hari tertentu makam itu sering dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai pelosok daerah.
Ingin menikmati keindahan sumur api ini ada baiknya jika dilihat saat hari menjelang petang. Pasalnya, keindahan semburan apinya akan menerangi kegelapan malam dan ini merupakan moment yang sangat mengesankan. Wisata Sumber Api Abadi Bekucuk terletak di dusun Bekucuk, desa Tempuran, kecamatan Soko, yaitu sekitar 3 Km dari kota Mojokerto. Akses untuk menuju ke lokasi ini mudah untuk ditemukan.
2. Api Tak Kunjung Padam
Selain di daerah Mojokerto, Api Abadi juga dapat ditemukan di daerah Pemekasan, Madura, tepatnya di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan. Keberadaan api abadi ini tidak terlepas dari cerita ajaib dari legenda yang berkembang di masyarakat setempat.
sumber foto:www.aditami-yoanta.blogspot.com
 Menurut ceritanya, dulu ada seseorang yang bernama Kiai Moko, seorang yang sakti dan ternama di Madura. Nama Moko sendiri merupakan nama julukan karena sebenarnya beliau bernama Hadagi. Lantaran kepandaian dan jasanya menyebarkan agama islam di daerah itu lah dia mendapatkan julukan Ki Moko.
Alkisah, Ki Moko ingin mempersunting seorang putri dari Palembang dengan mas kawinnya yang berupa mata ikan lele yang ia tangkap dari sungai. Kemudian mata ikan itu dibawa untuk dipersembahkan kepada calon mempelainya sabagai mas kawin. Tapi, entah kenapa peristiwa ajaib terjadi secara mata ikan itu berubah menjadi sebuah mutiara.
Beruntunglah sang mempelai mendapat hadiah mutiara dari calon suaminya. Kemudian pernikahan pun dilangsungkan di bawah pohon. Keadaan waktu itu sangat gelap fdan untuk menerangkan tempat perniakahannya, Ki Moko lalu menancapkan tongkat yang ada di tangannya ke tanah, lalu muncullah api dari bekas tancapan tongkatnya tadi. Dan titik api itulah yang sampai sekarang masih terus menyala dan dinamakan api tak kunjung padam.
Api Abadi Pemekasan ini merupakan sumber api yang menyala tanpa henti dan tak padam meski turun hujan. Walapun bisa padam jikalau hujannya berupa badai atau hujan besar, namun akan kembali menyala kembali setelah reda. Tidak sedikit pengunjung dan masyarakat sekitar yang memanfaatkan api yang berada di dalam pagar itu untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk membakar ayam, memasak air, membakar jagung. (Berbagai Sumber)

Ngopi-ngopi di Kedai Kopi Legendaris

Kopi ohh kopi, sepertinya minuman yang satu ini sudah cukup melegenda  dan membudaya di antara kita semua. Siapa yang tidak pernah mencicipi kopi, rasanya sangat jarang dan hampir semua orang pernah merasakan hitamnya sebuah kopi. Dari rakyat kecil yang tinggal di pinggiran sungai sampai mereka yang tinggal dalam perumahan mewah.

Keberadanya di negeri ini terbilang sudah lama, diawali dengan bercokolnya kaum penjajah yang ingin menjadikan kopi sebagai komoditas dagangan yang laris di pasaran Internasional dan akhirnya  perkembangan pun merata di hampir setiap kota karena para opurtunis melihat kopi dapat dijadikan sebagai lahan bisnisnya.
Kedai kopi pun bertebaran di kota-kota besar Indonesia, dari yang dijajakan di pinggiran sudut jalan sampai yang masuk dalam sebuah pertokoan. Namun seiring roda zaman yang terus berputar kedai-kedai kopi itu pun sepertinya tak mampu bertahan dan hanya sebagian kecilnya saja yang sampai sekarang masih melayani para pembelinya.
Tentu, sebuah prestasi tersendiri bagi kedai-kedai yang buka sampai detik ini, terlebih lagi cita rasa kopi itu masih dipertahankan sedemikian rupa dari awal kedai kopi itu berdiri. Nah, ingin tahu bagaimana rasanya menyelami sejarah dalam pekatnya sebuah kopi tua, di bawah ini ada beberapa kedai kopi yang siap melayani anda dengan sajian kopinya yang khas berselera.
1.Kedai Kopi Tung Tau
Nama warung kopi diambil dari nama pemiliknya yang bernama Fung Tung Tau yang merintis dagangannya dari tahun 1938 di Jalan Sungailiat, Bangka. Kedai miliknya saat ini sudah dikelola oleh tiga generasi. Dirinya sendiri kemudian dilanjutkan oleh generasi kedua Budjang Bunawan pada tahun 1950 dan  tahun 1980 dilanjutkan oleh istinya yang bernama Maria Matalia. Setelah itu sejak tahun 2010 warung kopi itu dilanjutkan oleh generasi ketiga yaitu Tedy, anak bungsu dari pasangan Budjang dan Maria.
sumber foto:www.uknowmj.blogspot.com
Kedai kopi ini sangat bersahaja jika dilihat dari tampilannya yang hanya tersusun oleh  meja kayu dan kursi plastik. Tapi nuansa seperti ini ternyata membuat banyak orang betah berlama-lama ngopi di sana. Ditambah lagi kedai kopi pertama di Bangka ini terbuka untuk segala lapisan masyarakat, mulai dari  pejabat dan politisi lokal, pengusaha sampai para wisatawan. 
Biji kopi yang diolah Kopi Tung Tau dibuat dari biji kopi pilihan, jadi bukan sembarang biji kopi. Untuk membuat kopinya, biji kopi itu digiling secara tradisional dan diracik dengan resep dan cara tradisional sehingga memiliki cita rasa sendiri yang khas.

Selain kopi sebagai sajian utamanya, warung ini juga punya sajian utama, yaitu  roti bakar. Rotinya itu berupa roti bantal. Roti ini disajikan dengan berbagai selai yang diracik sendiri sesuai dengan keingan pelanggan. Warung kopi Tung Tau kini memiliki dua cabang di kota Pangkalpinang. Cabang pertama di Jalan Sudirman No. 74 dan satu lagi berada di Jalan Depati Hamzah-Semabung.
2.Kedai Kopi Tiam Medan
Kita tinggalkan Bangka dan menuju ke Medan. Di kota ini terdapat warung kopi Tiam Ong yang berdiri sejak tahun 1968 di kediaman Ong Cin Kie yang sekaligus pemilik warung kopi ini. Ong memberi nama warung kopinya ini sesuai dengan namanya, sedangkan Kopi Tiam berasal dari dialek Hokkian yang dibaca Ka Pe Tiam. Memberi nama kedai kopi dengan nama marga merupakan kebiasaan etnis Tionghoa yang dibawa dari tanah leluhurnya, begitu pula dengan Ong Cin Kie
sumber foto:www.kopitiamong.blogspot.com
Seperti Kedai Kopi Tung Tau, Kedai Kopi Tiam Ong pun setali tiga uang. Dari luar warung kopi ini terlihat sederhana. Namun di dalamnya anda akan tersedot dalam pusaran masa lalu seakan-akan berada di awal abad ke-20 dengan barisan meja yang terbuat dari batu marmer dan kursi kayu yang didesain dengan model zaman dulu 
Tak hanya itu, kesan di masa lalu pun akan semakin mengental lantaran anda akan disinari pancaran lampu ruangan yang ditutupi sangkar burung dan ditemani oleh ornamen-ornaman antik dipajang di sudut kiri dan kanan kedai. Sebut saja telepon tua, sempoa zaman dahulu, terompet renta, setrika arang, gramaphone dan yang lainnya.
Apa menu andalan di kedai kopi ini? menu andalan ini salah satunya adalah Kopi Terbalik. Kopi ini merupakan kopi Aceh yang dihidangkan dengan gelas terbalik yang dibawahnya terdapat piring kecil. Kopi pun diseruput keluar dari dalam gelas terbalik melalui piring kecil itu sedikit demi sedikit. Selain  kopi terbalik, kedai kopi ini juga menyajikan Kopi Berempah, yaitu kopi yang dicampurkan dengan bermacam-macam rempah seperti kayu manis dan cengkeh. Belum lagi dengan sajian Kopi Bandrek yang merupakan campuran kopi, susu dan jahe. Rasanya pun akan semakin membuat anda berbetah-betah di kedai ini.
Oh iya, jika merasa lapar saat anda sedang asiknya menyeruput kopi, tidak perlu kuatir karena  kedai kopi ini juga menyediakan camilan yang cukup mengenyangkan perut. Mulai dari  Loempia Kejoe Tjoklat yang merupakan lumpia yang berisi sayuran dan keju dan diberikan coklat sebagai hiasan di bagian atasnya, Oebi Goreng dan yang lainnya.
Soal harga tak perlu dipersoalkan, masing-masing harga sajiannya cukup bersahabat dengan kantong. Begitu pula dengan pelayanan dan keramahtamahan dari para pelayan-pelayannya. Jadi  anda  yang mengaku maniak kopi dan kebetulan berada di Medan, jangan lupa untuk mampir ke kedai kopi ini. (berbagai sumber)

Berenang-renang Bersama Ikan Keramat

Tak jarang di beberapa tempat objek wisata di Indonesia ada sesuatu yang dikeramatkan. Mulai dari tempatnya sendiri, atau pun sesuatu yang berada di tempat wisata tersebut, misalnya sebongkah batu, patung atau bahkan binatang seperti seekor ikan.Ya ikan,  kenapa ikan bisa dikeramatkan? apakah ada sesuatu yang istimewa dari ikan tersebut? menemukan jawabannya tentu kembali kepada cerita yang melatarbelakangi keberadaan dari ikan-ikan tersebut. Nah sekarang dimana sajakah anda dapat menemukan ikan-ikan keramat itu berada, dibawah ini ada daftar singkatnya

1.Objek Wisata Cigugur
Objek Wisata Cigugur berada wilayah kaki gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat. Disana terdapat ikan yang bernama Ikan Dewa. Kenapa dinamakan ikan dewa? tak ada yang tahu karena ikan itu muncul secara tiba-tiba, tetapi kolam sebagai tempat ikan itu dapat hidup berenang-renang sesuka hatinya mempunyai cerita yang berkaitan erat dengan Sunan Gunung Jati.

sumber foto:www.rikiridwana.co.cc
Adalah Rama Haji Irengan yang merupakan salah satu murid dari Sunan Gunung Jati. Rama Haji membuat kolam itu sebagai pertanda bahwa wilayah itu telah memeluk agama islam seperti amanah yang diberikan oleh sang guru.

Ikan Dewa ini konon akan menghilang dengan sendirinya saat air kolam menyusut, tetapi akan muncul kembali apabila air kolam terisi kembali. Entah bersembunyi dimana tetapi yang pasti masyarakat setempat percaya akan mitos dari keberadaan ikan tersebut. Barang siapa yang berani menangkap atau mengkonsumsi ikan Kancra atau dalam bahasa latin dikenal Labaebarbus Dournensis akan berakibat petaka.
                                                                                                                                    
Awalnya kolam ini hanya satu saja, namun semenjak dikelola sebagai objek wisata kolam pun dibagi menjadi dua kolam. Salah satu kolam dibagi lagi menjadi tiga bagian dengan kedalaman berbeda dan dapat digunakan pengunjung  untuk berenang.

2.Sumur Tujuh Cibulan
Selain di Cigugur, Ikan Dewa juga bisa ditemui di Sumur Tujuh Cibulan yang terletak di Desa Maniskidul pinggir jalan raya Kuningan-Cirebon. Mitosnya hampir sama dengan Ikan Dewa di Cigugur, yang mengambil dan memakannya akan cilaka nantinya.
sumber foto: www.evayulianti76.blogspot.com
Mengenai keberadaan ikan-ikan dewa di kolam itu masih diselimuti kabut misteri  Ada cerita yang mengatakan konon ikan-ikan tersebut  dibawa oleh murid-murid Walisongo saat datang ke Cibulan. Para murid walisongo juga meninggalkan 7 buah sumur yang mereka gunakan untuk berwudhu pada saat itu dan dipercaya dapat membuat orang tetap awet muda dengan membasuh wajahnya dengan menggunakan air sumur. Ada pula yang mengatakan  ikan kancra bodas atau ikan dewa itu  merupakan mantan pasukan Prabu Siliwangi yang membelot. Nah mana yang benar, hanya Tuhan yang tahu.

3. Gua Ngerong
Itu ikan dewa di Kuningan, lantas di daerah Kabupaten Tuban ada sebuah Gua yang bernama Gua Ngerong yang berada di kec. Rengel. Gua ini adalah gua air yang jika kita ingin mangarunginya harus menggunakan perahu karet.
Gua yang panjangnya sampai berkilo-kilo ini di dalamnya terdapat ikan Bader Bang (Puntius Javanicus) sebesar paha berenang-renang yang jumlahnya mencapai ribuan ekor. Mitos ikan ini seperti Ikan Dewa di Kuningan karena barang siapa yang berani memakan atau membawanya pulang akan terjangkiti penyakit yang tak akan pernah sembuh.
Mitos lainnya barang siapa masuk gua maka dia harus keluar 12 jam berikutnya. Mitos-mitos ini membantu gua, lingkungan sekitar gua beserta ikan-ikan dan hewan-hewan lainnya yang berada dalam gua tetap lestari sampai saat ini karena tidak banyak mendapatkan gangguan dari tangan-tangan manusia.

4.Objek Wisata Rambut Monte

Tak ketinggakan selain di Kuningan, Ikan Dewa yang keramat juga dapat ditemui di Objek Wisata Rambut Monte di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Objek wisata ini terletak sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Blitar. Rambut Monte berada di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari.
Kawasan wisata Rambut Monte dibagi menjadi tiga bagian utama, yakni pelataran, areal candi dan telaga yang terdapat Ikan Dewa. Warga setempat biasa menyebutnya dengan nama ikan sengkaring, seperti ikan wader (Labeobarbus siamensis) yang panjangnya sekitar 60 centimeter.
Ikan-ikan di telaga itu cukup jinak namun tak seorangpun yang berani menangkapnya. Kepercayaan masyarakat sekitar mengenai ikan-ikan keramat itu berdasarkan legenda yang beredar sejak dahulu kala. Konon dulu di lokasi ini terjadi perkelahian antara Rahwana dan Naga melawan Mbah Rambut Monte, keturunan Kerajaan Majapahit.
Pertarungan itu dimenangkan oleh Mbah Rambut Monte. Mbah Rambut Monte kemudian mengutuk Rahwana dan Naga menjadi candi berbentuk monyet dan relief naga. Mbah Rambut Monte berpesan kepada sejumlah muridnya agar menjaga batu candi yang berwujud Rahwana dan relief naga.
Namun karena sebagian muridnya tidak mematuhi perintahnya, Mbah Rambut Monte marah besar dan mengutuk murid-muridnya menjadi ikan Sengkaring yang hingga saat ini masih mendiami telaga.(berbagai sumber)

Back To Top